اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ،
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ وَاللّهُ اَكْبَرُ،
اَللّهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد.





اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ،
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ وَاللّهُ اَكْبَرُ،
اَللّهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد.



اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ اَللّهُ اَكْبَرُ،
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ وَاللّهُ اَكْبَرُ،
اَللّهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد.

Pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, KH Marifat Iman memperkuat 1 Syawal tepat pada 19 Agustus 2012 dengan perhitungan posisi hilal saat 17 Agustus 2012, masih di bawah ufuk.

“Maka, 1 Syawal 1433 H jatuh pada lusa harinya, yaitu 19 Agustus,” tegas anggota Komisi Fatwa MUI ini, seperti dirilis Kemenag, Kamis (16/8/2012).

Posisi hilal seperti itu, memungkinkan semua umat Islam akan sepakat menetapkan awal bulan pada lusa harinya, ujar Marifat.

Kemenag akan menggelar sidang itsbat penentuan Idul Fitri atau 1 Syawal pada Sabtu (18/8) sore di Gedung Kemenag Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Sekjen Kemenag, Bahrul Hayat menjelaskan pelaksanaan sidang tersebut diselenggarakan Sabtu sore karena pertimbangan perhitungan hisab. Lantaran saat itu hilal sudah di atas nol derajat.

“Kami memperhitungkan 1 Syawal dan Idul Fitri berdasarkan hisab dan rukyat. Memang diperkirakan Idul Fitri akan jatuh pada Ahad (19/8),” ujarnya. Agar seluruh pandangan yang selama ini berbeda dalam konsep penghitungan, Kemenag kembali mengundang seluruh ormas Islam serta para ahli astronomi yang tergabung dalam Badan Hisab Rukyat saat sidang itsbat berlangsung.

Bahrul berharap, Muhammadiyah yang pada sidang istbat penentuan awal Ramadhan tidak hadir bisa mengirimkan perwakilannya. “Peran pemerintah sebagai mediator,” ungkap Bahrul.

Leave a Reply