Tidak ada sesuatu yang 100% buruk atau 100% baik. Demikian juga dengan demam.
Tuhan pasti memiliki maksud dibalik fenomena demam.
There is something for many reasons.
Tubuh kita diciptakan oleh Tuhan dengan dilengkapi mekanisme pengaturan yang
canggih, termasuk mekanisme pengaturan suhu.
Di otak kita terdapat termostat bernama hipotalamus yang mengatur mekanisme
ini. Tepatnya terdapat pusat pengaturan suhu disebut juga SET POINT. Pengatur
suhu tubuh ini akan memastikan tubuh kita senantiasa pada suhu konstan (sekitar
37C)


Demam adalah kondisi dimana otak (melalui Set Point) memasang suhu diatas
setting normal yaitu > 38C. Namun demikian demam yang sesungguhnya adalah bila
suhu >38.5C. Akibat kenaikan setting suhu tubuh tsb, maka tubuh akan
memproduksi panas melalui tahapan : menggigil hingga mencapai suhu puncak, suhu
demam stabil, suhu mulai turun.


BAGAIMANA DAN MENGAPA TIMBUL DEMAM ?

Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya molekul kecil dalam
tubuh, yaitu PIROGEN - suatu zat pencetus panas.

Apa yang menyebabkan terjadinya peningkatan pirogen ?
Penyebabnya antara lain : infeksi, radang, keganasan, alergi. Teething, dll.
Pada saat terserang infeksi, sistem imun tubuh kita akan membasmi infeksi tsb
dengan serangan leukosit (sel darah putih).

Agar tugas leukosit tsb efektif dan tepat sasaran, dibutuhkan dukungan banyak
pihak termasuk pirogen, yang bertugas :

1. Mengerahkan sel darah putih (leukosit)
2. Menimbulkan demam yang akan membunuh virus. Karena virus tidak dapat hidup
di suhu tinggi.
Sementara itu virus akan tumbuh subur di suhu rendah.

Perhatikan hal berikut :
1. Selama infeksi masih berlangsung, memang harus ada demam.
2. Demam merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh untuk membasmi infeksi.
3. Prinsip utama adalah cari penyebab timbulnya demam. Dengan mengetahui sumber
masalahnya, maka kita dapat bertindak secara rasional. Pada anak penyebab
utamanya adalah infeksi virus.
4. Beri minum lebih banyak dari biasanya. Waspadai kemungkinan terjadinya
komplikasi dehidrasi.

Untuk anak, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasi tatacara
penanganan demam. Berikut kondisi kapan orang tua harus menghubungi dokter :
* Bila bayi berusia <3 bulan dengan suhu tubuh > 38C
* Bila bayi berusia 3 - 6 bulan dengan suhu tubuh > 38.3C.
* Bayi dan anak berusia > 6 bulan, dengan suhu tubuh > 40C.

Konsultasikan juga dengan dokter jika terdapat kondisi berikut :
* Demam sudah berlangsung 72 jam.
Sama sekali tidak mau minum atau sudah dehidrasi; Gelisah, muntah, diare
* Iritabel atau menangis terus menerus, tidak dapat ditenangkan (untuk anak)
* Tidur terus menerus, lemas dan sulit dibangunkan (lethargic)
* Kejang; Kaku kuduk leher; Sakit kepala hebat
* Sesak napas
* Gelisah, muntah, daire

PENANGANAN DEMAM
Point-point utama yang harus diperhatikan selama merawat anggota keluarga/anak
yg demam adalah :

1. Mencari penyebab demam dan memperhatikan pola perilaku anak. Amati tingkah
laku anak. Jika perilaku anak hampir sama seperti biasanya, maka kita tidak
perlu khawatir. Karena pada dasarnya demam itu bukan hal yang membahayakan.

2. Cegah dehidrasi. Demam akan meningkatkan penguapan cairan tubuh. Karenanya
beresiko mengalami dehidrasi. Berikan cairan lebih banyak. Berikan air, air
sup, jus buah segar yang dicampur air, es batu, es krim. Bila muntah atau
diare, berikan minuman elektrolit : pedialyte, oralit.

3. Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Pakai baju yang
tipis/tidak tebal.

4. Kompres air hangat atau berendam di air hangat.

5. Biarkan memakan apa yang diinginkan. Jangan dipaksa. Hindarkan makanan
berlemak, karena sulit dicerna oleh tubuh.

6. Meskipun untuk anak dianjurkan untuk tidak masuk sekolah dan pada org dewasa
kemungkinan cuti, bukan berarti ia harus berada di tempat tidur seharian.

7. Pemberian obat penurun panas mengikuti aturan berikut :

<102F (<38.3C) : Tidak perlu obat penurun panas, ekstra cairan (minum banyak)

>102F (38.3C), uncomfortable : Beri obat penurun panas, kompres hangat.

>104 (>40C) : Beri obat penurun panas, kompres hangat, hubungi dokter.
Ingat: DO NOT TREAT LOW GRADE FEVER (< 38.3C)

Menurut Darlan Darwis cit. Lardo S (1999), pembagian demam, yakni:
1. Demam dengan peninggian set point hypothalamus
Cirinya : pembentukan panas meningkat, pembuangan menurun.
Penderita biasanya merasa demam tetapi menggigil dan kedinginan serta
ekstremitas dingin. Keadaan ini biasanya diobati dengan antipiretika yang
langsung bekerja pada hypothalamus.

2. Demam dengan set point hypothala mus normal.

2.1. Pembentukan panas meningkat, pembuangan normal.
Keadaan ini sering terdapat pada : malignan hyperthermia, hipotiroidisme,
hipernatremia, keracunan aspirin, memakai baju terlalu tebal, udara terlalu
panas (Heat Stroke). Dalam keadaan ini penderita merasa kepanasan,
berkeringat banyak, ekstremitas panas dan lembab, menggigil dan
pilloerection.

2.2. Pembentukan panas normal, pembuangan terganggu.
Terdapat pada luka bakar, displasia ektodermal, keracunan akut
antikolinergik.Secara klinis pasien kepanasan, juga keringat sedikit tidak ada
dan pilloerection tidak ada. Penanggulangan pada keadaan ini adalah dengan
kompres dingin, pemberian antipiretika tidak diperkenankan.


3. Demam tipe sentral.
Pada keadaan ini terjadi kerusakan pada TRC. Misalnya pada encephalitis,
perdarahan intrakranial, trauma kapitis, dll. Biasanya set point hypothalamus
rusak sehingga penderita berubah menjadi makhluk poikilothermis.Jika
dikompres dingin suhu tubuh sulit untuk naik lagi (Busto, et al,1987). Pada
penderita demam tipe sentral dapat terjadi hiperpireksi, pasien menjadi
gaduh gelisah, kejang. Suhu rectal diatas 410 C kalau dibiarkan berlama -
lama menyebabkan kerusakan otak yang permanent, sedangkan suhu rectal
diatas 430 C dapat menyebabkan kematian (Lukmanto, 1990)

II.5. Mekanisme terjadinya demam
Castillo, et al (1998) melaporkan bahwa hipertermia pada stroke akut,
58% disebabkan oleh infeksi, 42% disebabkan oleh nekrosis jaringan atau oleh
perubahan mekanisme termoregulasi yang terjadi jika lesi mengenai daerah anterior
hipotalamus.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit
yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal
dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Benneth, et al, 1996; Gelfand, et al, 1998). Pirogen
eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Pirogen eksogen bekerja pada fagosit untuk menghasilkan IL-1, suatu
polipetida yang juga dikenal sebagai pirogen endogen. IL-1 mempunyai efek luas
dalam tubuh. Zat ini memasuki otak dan bekerja langsung pada area preoptika
©2003 Digitized by USU digital library 8
hipotalamus. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakhidonat
serta mengakibatkan peningkatan sintesis PGE-2 yang langsung dapat menyebabkan
suatu pireksia/ demam (Lukmanto, 1990; Gelfand, et al, 1998).
Secara skematis mekanisme terjadinya demam dapat digambarkan sebagai berikut :
(Gelfand, et al, 1998)
Gambar 1. Mekanisme terjadinya demam
Dikutip dari Gelfand JA, Dinarello CA: Alteration in Body Temperature,
1998.
Penyebab demam selain infeksi ialah keadaan toksemia, adanya keganasan
atau akibat reaksi pemakaian obat (Gelfand, et al, 1998). Sedangkan gangguan
pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperature
seperti yang terjadi pada heat stroke, ensefalitis, perdarahan otak, koma atau
gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal saat terjadinya reabsorbsi
darah dapat pula menyebabkan peninggian temperatur ( Andreoli, et al, 1993 ).


4. Patofisiologi Demam

a. Pengertian Demam
Demam adalah dimana suhu tubuh menjadi meningkat, namun masih dapat dikontrol.
Suhu oral normal adalah 35,8°C-37,3°C (96,5°- 99,2°F). Suhu rektal lebih
tinggi sekitar 0,3–0,5°C (0,5°-1°F). Suhu tubuh normal biasanya terletak dalam
rentang ini dengan suatu variasi diurnal yang berbeda-beda antar individu, namun
konsisten pada tiap-tiap individu. Demam paling tinggi terjadi pada anak-anak.
Terdapat bukti-bukti bahwa demam karena infeksi bersifat menguntungkan karena
mengurangi stabilitas lisosom, meningkatkan efek interferon, dan merangsang
mobilitas leukosit dan aktivitas bakterisidal. Demam mulai menimbulkan
ketidaknyamanan fisik saat mencapai 39,5°C (103°F). Demam akibat infeksi
mempunyai batas atas sekitar 40,5°-41,1°C (105°-106°F). Sebaliknya, pada
hiperpireksia dan hipertermia, tampaknya tidak memiliki batas atas dan kasus yang
mencapai suhu 43,3°C (110°F) pernah dilaporkan (Wash, 1997).


Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu
lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur
keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan
hati, dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. Hipertermia
merupakan kenaikan suhu tubuh di atas titik penyetelan (set point) hipotalamus
sebagai akibat dari kehilangan panas yang tidak memadai (Harrison, 1999).
Suhu normal berkisar antara 36,5°-37,2°C, suhu subnormal di bawah 36°C.
Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2°C. Hiperpireksia
adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2°C atau lebih, sedangkan
hipotermia adalah suhu tubuh di bawah 35°C (Nelwan, 1999).

Demam merupakan suatu tanda penyakit tertua dan universal yang terjadi tidak
hanya pada mamalia, tetapi juga dialami oleh burung, reptilia, amfibi, dan ikan. Bila
demam timbul pada hewan homeotermik, maka mekanisme termoregulasinya
mempertahankan suhu badan lebih tinggi dari normal, seolah-olah thermostat disetel
ulang ke titik baru diatas 37°C. Kemudian reseptor suhu akan memberikan isyarat
bahwa suhu tubuh sebenarnya berada dibawah set point dan akan mengaktifkan
mekanisme peningkatan suhu sehingga terjadi demam. Suhu tubuh pada manusia
adalah hasil akhir dari produksi panas oleh proses metabolik atau aktivitas obat dan
kehilangan panas, dihantar oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan, dan
disebarkan oleh keringat. Suhu sekitar jelas memainkan peran dalam mencapai
keseimbangan dan dalam pengaturan panas oleh individu (Guyton, 1990).
Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus. Neuron-neuron pada hipotalamus
anterior praoptik dan hipotalamus posterior menerima dua jenis sinyal, satu dari saraf
perifer yang mencerminkan reseptor-reseptor untuk hangat dan dingin dan lainnya
dari temperatur darah yang membasahi daerah ini. Kedua sinyal ini diintegrasikan
oleh pusat termoregulasi hipotalamus untuk mempertahankan temperatur normal
(Harrison, 1999).

Pirogen merupakan substansi yang menyebabkan demam dan berasal baik
dari eksogen maupun endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar hospes, sementara
pirogen endogen diproduksi oleh hospes, pirogen umumnya sebagai reseptor terhadap
stimulan awal yang biasanya timbul oleh karena infeksi atau inflamasi. Pirogen
endogen yang dihasilkan baik secara sistemis atau lokal, berhasil memasuki sirkulasi
dan menyebabkan demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus (Harrison,
1999).

b. Mekanisme terjadinya demam
Demam disebabkan oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi. Banyak hasil pemecahan
protein dan zat-zat tertentu seperti toksin lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri
yang dapat menyebabkan titik setel termostat hipotalamus meningkat. Zat yang
menyebabkan efek ini dinamakan pirogen (Guyton, 1990).

Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus, dan produk-produk
yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misal endotoksin). Kerusakan jaringan oleh
sebab apapun (misalnya cedera, tergencet) dapat menyebabkan demam. Faktor-faktor
imunologik seperti kompleks imun dan limfokin dapat menimbulkan demam pada
penyakit vaskular kolagen dan keadaan-keadaan hipersensitivitas (Wash, 1997).
Banyak agen yang menghasilkan demam pada manusia yang telah terbukti
merangsang produksi pirogen endogen oleh leukosit-leukosit manusia in vitro.
Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit mononuklear-monosit,
makrofag jaringan, atau sel Kupffer-membuat pirogen endogen.

(EP= endogenous pyrogen) adalah suatu protein kecil (berat molekul 20.000) yang mirip interleukin 1,
yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. Pirogen endogen
telah diisolasi dari netrofil, eosinofil, monosit, sel Kupffer, makrofag alveoli dan
sinovium. Pirogen endogen menginduksi demam melalui pengaruh pada area
preoptik di hipotalamus anterior (Wash, 1997).

Infeksi atau peradangan
Neutrofil
Pirogen endogen
Prostaglandin
+
+
Mengeluarkan Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus selama
demam dengan memicu pengeluaran lokal prostaglandin, yaitu zat perantara
kimiawi lokal yang bekerja langsung di hipotalamus (Gambar 1). Hipotalamus
kemudian mempertahankan suhu di titik patokan baru bukan di suhu tubuh yang
normal. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas
(Sherwood, 2001). Mekanisme kehilangan panas yang penting adalah vasodilatasi
dan berkeringat. Berkeringat terutama menonjol saat demam mulai turun (Wash,
1997). Panas yang dihasilkan melalui vasokonstriksi dan gemetar bersifat terbatas.
Produksi panas;
Pengurangan panas
Suhu tubuh ke titik
patokan yang baru=Demam
Gambar 1. Mekanisme Demam (Sherwood, 2001)
13
Banyaknya mekanisme penyimpanan panas yang diaktifkan tergantung pada suhu
udara (Wash, 1997). Sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk
mengurangi pengeluaran panas (Sherwood, 2001).
c. Macam-macam demam

Beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai antara lain:

1) Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

2) Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam
septik.

3) Demam intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam
disebut kuartana.

4) Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.

5) Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
(Nelwan, 1999)

Faktor-faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan kecepatan
pembentukan panas adalah

1). Kecepatan Metabolisme Basal (BMR) semua sel tubuh

2). Peningkatan kecepatan metabolisme disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk
yang menyebabkan mengigil

3). Peningkatan metabolisme yang disebabkan oleh epinefrin, noreprinefrin, dan
rangsang simpatis pada sel (termogenesis kimia)

5). Peningkatan metabolisme yang disebabkan oleh peningkatan suhu sel-sel tubuh.
(Guyton, 1990)

Kenaikan pengeluaran panas badan melalui beberapa cara yaitu:

1). Dengan terjadinya vasodilatasi kapiler kulit sehingga menaikkan pengeluaran
panas badan dengan jalan konduksi dan radiasi.

2). Dengan menaikkan volume udara pernafasan sehingga menaikkan pengeluaran
panas badan dengan penguapan dan pemanasan udara yang masuk

3). Dengan berkeringat sehingga menaikkan pengeluaran panas badan dengan jalan
penguapan.
(Robert and Morrow, 2001)

5. Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang menekan suhu tubuh pada keadaan demam.
Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan
nilai ambang nyeri di SSP tanpa menekan kesadaran. Karena kedua efek ini
didapatkan dalam satu obat, istilah analgesik-antipiretik dipakai sebagai satu
kesatuan, meskipun belum tentu satu obat tersebut memiliki kedua khasiat secara
seimbang. Kelompok obat lain yang menekan rasa nyeri hebat adalah golongan
narkotik dan atas dasar efek ini disebut analgesik-narkotik (Djamhuri, 1995). Sebagai
antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan
demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro,
tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan
secara rutin atau terlalu lama (Wilmana, 1995).
6. Parasetamol
Parasetamol/asetaminofen (Gambar 2) merupakan metabolit aktif asetanilid
dan fenasetin (Abdoerrachman, 2002). Parasetamol atau asetaminofen mengandung
tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Pemerian hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
16
pahit. Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut
dalam larutan alkali hidroksida (Anonim, 1979).
OH
NHCOCH3

Gambar 2. Parasetamol (Anonim, 1979)
Parasetamol merupakan obat anti nyeri dan anti demam yang paling banyak
digunakan, karena pada takaran biasa bersifat aman, tanpa memberikan efek samping.
Juga bagi anak-anak kecil dan wanita hamil bila diminum untuk waktu singkat. Ibu
menyusui tidak boleh meminum parasetamol karena masuk dalam ASI (Tjay dan
Rahardja,1993). Khasiat dan penggunaan sebagai analgetik dan antipiretik (Anonim,
1979).

7. Vaksin DPT
Vaksin dapat terdiri dari : virus hidup yang telah dilemahkan, sediaan virus
atau bakteri yang telah mengalami inaktivasi serta ekstrak eksotoksin yang dihasilkan
oleh mikroorganisme atau eksotoksin yang menjalani detoksifikasi (Anonim, 2000b).

Vaksin DTP-HB, tiap dosis mengandung zat aktif : toksoid difteri murni 20 Lf,
toksoid tetanus murni 7,5 Lf, inaktivasi Bordetella pertusis 12 OU, HbsAg 5 mcg,
zat tambahan: aluminium fosfat 1,5 mg, natrium klorida 4,5 mg, thimerosal 0,05 mg.
17
Indikasi: imunisasi aktif terhadap difteri, tetanus, pertussis (batuk rejan) dan hepatitis
B secara simultan. Kontraindikasi: hipersensitivitas salah satu komponen vaksin,
reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya, penderita acute severe
febrile illness.

Perhatian: hati-hati penggunaan pada anak dengan riwayat kejang dan
demam. Dosis: intramuskuler, terdiri dari 3 dosis setiap dosis adalah 0,5 ml, diberikan
mulai pada bayi usia 2 bulan dengan jadwal 0-1-2 bulan. Efek samping: bengkak,
nyeri, penebalan kemerahan pada bekas suntikan, menangis >3 jam bersamaan
dengan demam, kadang-kadang terjadi reaksi umum seperti demam >38,50ÂșC,
muntah, diare (Anonim, 2007)

Leave a Reply