KARYA TULIS
Diajukan untuk memenuhi
 tugas Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
 Studi Kemuhammadyahan

Disusun oleh :
Abdul Qodir Audah
J500100036

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010/2011




KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Al qur’an dan aqidah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.
Saya mohon ma’af yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya.
            Saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca. Amiiin...
                                                                   
       
Surakarta ,29 Oktober 2011


Penulis



BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia.   


1.2 Rumusan Masalah

          1. Apakah aqidah itu?
2. Apakah sumber dari aqidah?
3. Bagaimana aqidah jika di tinjau dari ayat-ayat Al Qur’an?
          4. Apakah manfaat aqidah ?

1.3 Tujuan Penulisan
          Makalah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu aqidah secara etimologis dan terminologis, sumber-sumber aqidah,  pengertian aqidah yang ditinjau dari ayat-ayat Al Qur’an, ruang lingkup pembahasan dan manfaat dari aqidah untuk seorang muslim.




















BAB II
 PEMBAHASAN

Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :

 Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan).  Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Pembahasan mengenai aqidah mencakup iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhir, serta qada dan qadar. Untuk menyempurnakan aqidah, kaum muslim yang beriman kepada Allah juga harus meyakini ciptaan-ciptaan Allah.  Iman kepada Allah berarti harus meyakini keberadaan Allah, dan meyakini keesaan Allah. Iman kepada Malaikat Allah berarti mempercayai bahwa Allah menciptakan Malaikat-malaikat yang selalu taat kepada-Nya. Iman kepada Kitab Allah berarti  mengimani kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada para Rosul sebagai pedoman hidup bagi umatnya. Iman kepada Rosul Allah berarti meyakini bahwa utusan Allah di kirim untuk mengajarkan bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah SWT. Allah memberikan mukjizat yang berbeda kepada setiap Rosul untuk membantu para Rosul menjalankan tugasnya.  Iman kepada hari akhir berarti meyakini bahwa suatu saat nanti ada hari pembalasan atas apa yang telah diperbuat selama hidup di dunia. Iman kepada Qada dan Qadar berarti meyakini ketentuan Allah.
Iman kepada Allah harus di dasari dengan keyakinan bahwa Allah itu ada. Selain itu, iman kepada Allah berarti mengesakan Allah, karena barang siapa yang menyakin adanya Allah maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Seperti di tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan Allah SWT, diterangkan bahwa kandungan Al-Qur’an ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-Ikhlash karena didalamnya terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah )
Seperti Firman Allah dalam Qur’an Surat al ikhlas (112) 1-4:
1. Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
Katakanlah -wahai Muhammad Rasulullah: Dia-lah Allah Yang Maha Esa dalam uluhiyyah (ketuhanan) Yang tiada satupun bersekutu denganNya di dalamnya
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu.
Ash-Shomad adalah yang bergantung kepadaNya semua makhluk untuk mendapatkan hajat-hajat dan permintaan-permintaan mereka.Dia adalah As-Sayyid (Maha Pemimpin) Yang Maha sempurna dalam kepemimpinanNya, Asy-Syariif (Maha Mulia) Yang Maha sempurna dalam kemuliaanNya, Al-Adhiim (Maha Agung) Yang Maha sempurna dalam keagunganNya, Al-Haliim (Maha Penyantun) Yang Maha sempurna dalam kesantunanNya, Al-‘Aliim (Maha Mengetahui) Yang Maha sempurna dalam pengetahuanNya dan Al-Hakiim (Maha Bijaksana) Yang Maha sempurna dalam kebijaksaanNya. Dialah Yang Maha Sempurna dalam kemuliaan dan kepemimpinan dan Dia adalah Allah, inilah sifatNya yang tidak sepatutnya kecuali untuk Dia. Tidak ada yang setara denganNya dan tidak ada pula sesuatu yang seperti Dia. Maha Suci Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan (musuh-musuhNya).
3. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, bermakna Allah Ta’ala Tidak Mempunyai Anak dan Tidak Pula Mempunyai Bapak-Ibu
Sebagaimana  Firman Allah: Dia tidak beranak adalah merupakan bantahan terhadap tiga kelompok yang menyimpang lagi tersesat, yaitu: Orang-orang musyrik, yahudi dan nasrani. Orang-orang musyrik mengatakan bahwa malaikat adalah puteri-puteri Allah, orang-orang yahudi mengatakan bahwa Uzair anak Allah dan orang-orang nasrani mengatakan bahwa  Isa adalah anak Allah. Allah membantah dan mendustakan mereka dengan firmanNya: Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
Dan tidak ada satupun yang setara dengan Dia dalam nama-nama dan sifat-sifatNya dan tidak pula dalam semua perbuatanNya, Dia Maha Berkah, Maha Suci lagi Maha Tinggi. Hal ini di perjelas juga dalam surat Al Mu’minun 91 yang berbunyi : Allah sekali-kali tidak mempunyai anak,dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakanya, dan sebagian dari Tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lainnya. Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.

Tidak boleh ada toleransi dalam hal ibadah dan keimanan, sebagaimana tertuang dalam surat Al Kafirun ayat 1-6. Kaum muslim tidak menyembah apa yang orang kafir sembah, dan orang kafir pun tidak menyembah apa yang kaum muslim sembah. Ditegaskan pula dalam ayat terakhir yang bebunyi “ lakum dinukum waliyadin” yang berarti untukmu agamamu dan untukku agamaku.
”Sesungguhnya telah kafirlah orang=orang yang berkata:” sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga,dan tempatnya ialah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong” pada surat Al Maidah ayat 72 ini jelas ditegaskan bahwa Allah mengharamkan orang orang kafir untuk masuk surga. Seperti tertuang pada surat Az Zumar  65 yang berarti “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada(nabi-nabi) yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang yang merugi. Juga  pada  surat An Nisa 116 yang berarti Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu, dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya dia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Dan pada surat Al maidah ayat 72-77  dijelaskan bahwa Allah memberi pernyataan bahwa kekefiran itu adalah orang yang meng-i’tiqadkan Isa. A.S itu tuhan.  Pada ayat 75 juga disebutkan “Al Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rosul yang sesungguhnya telah berlalu sebelum beberapa rosul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana kami menjelaskan kepada mereka(ahli kitab) tanda tanda kekuasan (kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling(dari memperhatikan ayat-ayat kami itu). Dari ayat ini jelas disebutkan bahwa Al Masih bukanlah Tuhan, melainkan seorang rosul.Al Masih dan ibunya adalah seorang manusia, yang membutuhkan apa-apa yang dibutuhkan manusia seperti makan dsb. 
Seperti  surat At Taubah ayat 30-33 diterangkan tentang kepercayaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani serta sikap-sikap mereka. Pada ayat 30 yang berbunyi : Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah dan orang Nasrani berkata : Al Masih itu putra Allah. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang kafir terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka ;bagaimana mereka sampai berpaling.  Pada ayat 31 yang berarti : Mereka menjadikan orang-orang alimnya , dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga masih mempertuhankan) Al Masih putra Maryam;padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dari ayat diatas jelas disebutkan bahwa kepercayaan orang-orang Yahudi dan Nasrani masih tidak mengesakan Allah SWT, padahal mereka disuruh hanya untuk menyembah Allah. Padahal pada Qur’an surat Al Maidah 116 yang berbunyi  juga dijelaskan bahwa Allah bertanya kepada Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah, dan Isa menjawab Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku., jika aku mengatakan tentulah Engkau mengetahuinya, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara Gaib.  Dan pada surat Al Maidah ayat 117,  juga diterangkan bahwa Isa tidak pernah mengatakan sesuatu kecuali yang Engkau perintah yaitu “sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, akulah saksinya selama aku berada di antara mereka, ketika aku tiada, maka Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan di atas segala sesuatu.  Pada surat Al Nabiyah 25 juga disebutkan bahwa Dan Kami tidak mengutus seorang rosulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya:”Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian aka Aku”.  Ayat diatas juga jelas menerangkan bahwa rosul yang di utus Allah pada setiap kaumnya termasuk Isa. A.S  diutus untuk menyembah Allah.
Bukti-bukti kesalahan kepercayaan orang-orang musyrik dituangkan pada surat Al Nabiya’ ayat 21-22 artinya Apakah mereka mengambil  tuhan tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan(orang-orang mati). Sekiranya ada di langit dan dibumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy dari apa yang mereka sifatkan.  Pernyataan ini juga dituang pada Al Quran surat surat Al Mu’minun 91 yang berbunyi
 : Allah sekali-kali tidak mempunyai anak,dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakanya, dan sebagian dari Tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lainnya. Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.
            Berdasar uraian di atas,banyak sekali pelajaran yang dapat di petik. Sebagai manusia, harus  menurut pada fitrah beragama tauhid, seperti di jelaskan pada surat Ar Rum 30 yang berarti Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama(Allah), fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.  Maka hendaknya manusia hanya menyembah Allah, jangan menyekutukan Allah atau menjadikan sesuatu sebagai tuhan seperti pada surat Al Jasiyah 23  yang mana dikisahkan orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya, maka Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya, dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Allah membiarkannya sesat, karena Allah mengetahui dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan padanya. Dan manusia yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya hendaknya mengerjakan amal saleh dan jangan ada persekutuan dalam ibadahnya.
Firman pada surat Al Kahfi 110: “Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepada ku: “bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa”. Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.
Karena pentingnya aqidah pada diri seorang muslim, maka aqidah merupakan sebuah dasar, dimana jika aqidah seseorang kuat, maka tidak akan ada keraguan didalamnya. Aqidah akan memberi ketenangan dalam penyerahan diri kepada Allah dan selalu mendorong untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Dengan adanya aqidah yang kuat pada diri seorang muslim, maka dirinya akan merasa dalam pengawasan Allah SWT.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau menyekutukan Allah.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Atas dasar ini, akidah merzcerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mu'jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Keyakinan harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa yang menyakin adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Seperti di tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan Allah SWT, diterangkan bahwa kandungan Al-Qur’an ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-Ikhlash karena didalamnya terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah )





DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an al-Karim, Depag
http://quran.com/
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggaraa Penenrjemahan Al Qur’an

Leave a Reply