BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
AIDS pertama kali didiagnosis pada tahun 1981 di AS (Amerika Serikat) dan sampai saat ini telah menyerang sebagian besar negara di dunia (pandemi) baik di negara maju maupun berkembang. Sejak saat itu jumlah negara yang melaporkan kasus-kasus AIDS meningkat sangat drastis, yaitu dari 8 negara dalam tahun 1981 menjadi 145 negara dalam bulan Maret 1989. Jumlah kasus juga meningkat secara mencolok. Sampai dengan 1 Maret 1989 ada lebih dari 141.000 kasus AIDS yang secara resmi dilaporkan ke WHO oleh 145 negara. Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu relatif cepat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Di samping itu belum ditemukannya obat atau vaksin yang efektif terhadap AIDS, telah menyebabkan timbulnya keresahan dan keprihatinan di seluruh dunia.


Negara Indonesia juga sangat prihatin tentang kemungkinan penyebaran AIDS dan dengan seksama mengikuti evolusi di negara-negara tetangga, terutama Malaysia, Thailand, dan India. Mengingat Indonesia adalah negara terbuka, jadi sangat sulit mencegah kemungkinan masuknya AIDS ke Indonesia.
Penelitian mengenai AIDS telah dilaksanakan dengan sangat intensif dan informasi mengenai penyakit ini bertambah dan menyebar dengan cepat. Informasi yang semakin banyak, masalah yang semakin kompleks dan penemuan penyakit yang relatif baru, sering menimbulkan kesalahpahaman dan ketakutan yang berlebihan. Hal ini juga disebabkan oleh dampak negatif akibat AIDS tidak saja di bidang medis tetapi juga di bidang lainnya, seperti: ekonomi, politik, etika, dan moral.
Seseorang yang terserang virus AIDS menjadi pembawa virus tersebut selama hidupnya. Orang tersebut, selama 5 tahun bisa saja tidak menunjukkan gejala sama sekali, namun tetap sebagai sumber penularan kepada orang lain. Walaupun penelitian telah dilaksanakan secara intensif, namun ternyata sampai sekarang vaksin untuk mencegah terjangkit AIDS dan obat untuk menyembuhkan penyakit AIDS belum ditemukan.
Infeksi HIV umumnya terjadi melalui hubungan seksual dan parental melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar virus HIV, seperti yang dapat terjadi pada penyalahguna narkoba suntik atau alat-alat lain yang dapat melukai kulit atau melalui alat-alat lain yang dapat melukai kulit atau melalui alat yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh penderita. Virus HIV terdapat dalam berbagai jenis cairan tubuh penderita yang terinfeksi virus ini, tetapi pada umumnya hanya darah, semen, cairan vagina, dan ASI yang diketahui dapat menularkan virus.
Salah satu hal yang juga perlu mendapat perhatian adalah tahap selanjutnya, yaitu apabila seorang penderita sudah dalam peranan sakit dan berobat kepada seorang dokter untuk penyakitnya. AIDS adalah penyakit yang mematikan, dan pada penyakit ini melekat dosa seksual, maka peranan sakit yang diberikan oleh masyarakat kepada penderita AIDS tidak lazim seperti yang diberikan pada penderita penyakit lain. Penderita AIDS cenderung dikucilkan oleh masyarakat, sehingga merupakan penderitaan sampai akhir hayatnya, bukan saja fisik melainkan juga mental. In sebenarnya tidak benar, karena penyakit AIDS hanya menular dalam kondisi-kondisi tertentu saja.

B. Tujuan
Secara khusus, tujuan pembelajaran kasus HIV/AIDS ini adalah:
1.      Untuk memberikan informasi mengenai kasus AIDS atau PMS
2.      Untuk menguraikan tentang bahaya penyakit AIDS atau penyakit menular seksual yang lainnya
3.      Untuk mengetahui infeksi HIV bersama dengan PMS lainnya
4.      Untuk memahami tindakan pencegahan dan penanganan HIV/AIDS di lingkungan masyarakat

C.Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil diskusi masalah HIV/AIDS antara lain:
1.      Dapat mengetahui masalah HIV/AIDS serta PMS
2.      Dapat mengenal gejala yang ditimbulkan seseorang yang terinfeksi HIV
3.      Mengetahui cara pencegahan serta pengobatan penyakit AIDS
4.      Mampu melakukan pola hidup sehat agar terhindar dari AIDS

BAB II
PEMBAHASAN

A.Tinjauan Kepustakaan
Pengertian
AIDS (Acquired Imune Deficiency Syndrome) atau SIDA (Sindrom Imuno Defisiensi Akuista) merupakan sindrom atau kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh yaitu virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), sehingga orang yang terkena penyakit tersebut mudah terkena berbagai penyakit yang mematikan dan tidak lazim. Sebelum pembahasan dilanjutkan, perlu diketahui tentang kepanjangan dari kata-kata yang terdapat dalam “AIDS”, yaitu:
Acquired          :(didapat), ditularkan dari satu orang ke orang lain. Bukan penyakit bawaan.
Immune           :(kebal), sistem pertahanan atau kekebalan tubuh, yang melindungi tubuh terhadap infeksi.
Deficiency       :(kekurangan), menunjukkan adanya kadar atau nilai yang lebih rendah dari normal atau biasanya.
Syndrom          :(sindrom), suatu kumpulan tanda atau gejala yang bila didapatkan secara bersamaan, menunjukkan bahwa seseorang mengidap suatu penyakit atau keadaan tertentu.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah nama golongan retrovirus penyebab AIDS. HIV menggantikan nama virus terdahulu yaitu LAV (Lymphadenopathy Associated Virus) yang ditemukan oleh Luc Montagnier dari Paris dan HTLV-III (Human T-Lymphotropic Virus type III) ditemukan oleh R. Gallo dari Amerika Serikat. Masih ada jenis virus lainnya yang dapat menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia. Semua jenis virus tersebut termasuk HIV.
HIV infected persons (para pengidap infeksi HIV) adalah semua orang yang terinfeksi oleh HIV tanpa gejala klinik, yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan antibodi terhadap HIV, biasanya dengan tes ELISA dan konfirmasi dengan western blot atau isolasi antigen atau virusnya sendiri.

Sejarah AIDS
Penyakit AIDS pertama kali timbul di Afrika, Haiti, dan Amerika Serikat pada tahun 1987. Meskipun demikian, dari beberapa literatur sebelumnya ditemukan kasus yang cocok dengan definisi surveillans AIDS pada tahun 1950 dan 1960-an di Amerika Serikat. Sampel jaringan potong beku dan serum dari seorang pria berusia 15 tahun di St. Louis, yang dirawat dan meninggal akibat Sarkoma Kaposi serta agresif pada 1968. Penderita ini tidak pernah pergi ke luar negeri sebelumnya, sehingga diduga penularannya berasal dari orang lain yang juga tinggal di Amerika Serikat pada tahun itu atau lebih awal. Pada tahun 1979 dilaporkan adanya kasus-kasus Sarkoma Kaposi dan penyakit-penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa. Penyakit ini menyerang orang-orang Afrika yang bermukim di Eropa. Sampai saat itu belum disadari oleh para ilmuwan bahwa kasus-kasus tersebut adalah kasus AIDS. Pada tahun 1981 saat musim panas di Los Angeles, Amerika Serikat melaporkan 5 lelaki homoseksual yang sebelumnya sehat terkena PCP (Pneumonitis Carinii Pneumonia). Di New York dan Los Angeles ditemukan 26 kasus sarkoma kaposi pada lelaki homoseksual sehat. Dalam beberapa bulan, kasus yang sama terjadi pada lelaki dan wanita Intravenous Drug User (IDU) juga resipien darah serta pasien-pasien hemofilia.Selain itu terjadi pula penyakit infeksi yang jarang ditemui di kalangan kaum homoseksual. Hal ini menimbulkan dugaan yang kuat bahwa penularan penyakit ini terjadi melalui hubungan seksual. Tahun 1982, CDC-USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk pertama kali membuat definisi kasus AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai. Hingga tahun 1983 mulai diketahui adanya penularan di luar jalur hubungen seksual, yaitu melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bersama oleh para penyalahguna narkotika suntik. Pada tahun ini juga Luc Montagnier dari Pasteur Institute di Paris menemukan bahwa penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenopathy Associated Virus). HIV I sempat diisolasi pada akhir tahun ini. Tahun berikutnya diketahui adanya penularan heteroseksual di Afrika dan pada tahun yang sama diketahui bahwa HIV menyerang sel limfosit T helper. Pada tahun itu juga Gallo dan kawan-kawan dari National Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTL V III (Human T cell Lymphotropic Virus type III) sebagai penyebab kelainan ini. Tahun 1985 ditemukan antigen untuk melakukan tes ELISA, pada tahun itu juga diketahui bahwa HIV juga menyerang sel otak. Kemudian pada tahun 1986 International Committee on Taxonomy of Viruses memutuskan nama penyebab penyakit  AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III. Penderita AIDS yang pertama kali ditemukan di Indonesia adalah pada bulan April 1987 tepatnya di Denpasar, Bali. Penderita yaitu seorang wisatawan asing warga negara Belanda. Meskipun pada tahun 1986 di Jakarta, Zubairi Djoerban juga telah melaporkan kasus AIDS tetapi karena saat itu belum ada pemeriksaan western blot di Indonesia maka kasus tersebut tidak tercatat di Departemen Kesehatan.
Sifat HIV
HIV merupakan sejenis retrovirus-RNA. Virus ini mempunyai persamaan dengan sejumlah keluarga retrovirus lainnya, terutama dalam hal morfologi, biologi, dan sifat molekuler misalnya  Simian T Lymphotropic Virus (STLV) yang tidak patogenik untuk kera hijau Afrika dan bahkan dapat diisolasi dari orang Afrika yang sehat.
Dengan mikroskop elektron, HIV terlihat mempunyai core berbentuk silindris, mempunyai unsur-unsur struktural yang disebut gag-gene, dan memuat 2 buah molekul dari genom virus. Dalam virus terdapat enzim-enzim yang diperlukan untuk replikasi secara efisien.
Virus HIV seperti halnya virus lain, mudah hancur (mati) bila dipanaskan misalnya dalam air mendidih atau uap panas. Bagian luar virus (selubung) yang disebut envelope terdiri dari lemak yang tidak tahan panas atau bahan kimia. Tetapi lemak itu pula lah yang melindungi virus terhadap kekeringan (dehidrasi). Hal ini berarti bahwa apabila cairan yang mengandung virus mengering dalam suhu kamar, virus akan tetap hidup selama beberapa jam.
Cara Penularan
Penularan penyakit AIDS terjadi melalui berbagai cara. Namun sebagai kesimpulan, dapat disebutkan bahwa daya tular seseorang bergantung pada stadium penyakitnya, makin parah penyakitnya, maka makin rendah sel limfosit T nya, maka makin besar pada jumlah virus dalam darahnya.
1.    Penularan melalui hubungan seksual
Penularan infeksi HIV melalui hubungan seksual paling banyak terjadi. HIV dapat ditularkan dari penderita kepada pasangannya. Jalur penularan yang relatif lebih luas jangkauannya adalah melalui hubungan seksual. Tetapi jalur inipun tidak seluas jalur penularan penyakit menular seksual (PMS) lainnya oleh karena AIDS hanya menular jika terjadi perpindahan virus dari sperma dan cairan vagina ke darah. Secara teoritis, teknik hubungan seksual yang palling rawan untuk penularan AIDS adalah teknik penis-anal (ano-genital), oleh karena pada teknik ini paling besar kemungkinan terjadinya luka-luka pada rektum. Karena teknik ini di dunia barat diperkirakan lebih sering dilakukan di kalangan homoseksual (pria), maka dapat dimengerti jika penyakit AIDS pada kelompok ini adalah yang tertinggi.
2.    Transfusi darah
Resiko tertular infeksi HIV lewat transfusi darah adalah lebih dari 90%, artinya bila seseorang mendapat transfusi darah yang terkontaminasi HIV, maka dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan akan menderita infeksi HIV sesudah itu.
3.    Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit
Penularan infeksi HIV dapat terjadi melalui alat suntik yang terkontaminasi baik dalam sistem pelayanan kesehatan yang formal maupun di luar sistem tersebut, misalnya pemakaian alat atau jarum lainnya yang dapat melukai kulit atau menyebabkan luka atau pendarahan (tatoo, tusuk jarum, alat cukur, dsb). Penularan infeksi HIV melalui alat suntik yang tidak steril dan dipakai bersama sering dilakukan oleh para penyalahgunaan narkotika suntik (IVDU). Para penyalahguna narkotika suntik merupakan sumber penularan HIV dan dapat menjadi jembatan penularan melalui hubungan seksual kepada masyarakat umum.
4.    Dari ibu kepada anaknya (perinatal)
Wanita usia subur biasanya tertular HIV melalui hubungan heteroseksual. Kehamilan mungkin akan mempercepat timbulnya gejala penyakit AIDS pada wanita sero-positif HIV. Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang sero-positif HIV, akan terinfeksi HIV sebelum, selama dan tidak lama sesudah melahirkan. 
Berikut ini adalah penularan yang belum terbukti dapat menularkan HIV:
1.    Penularan melalui air liur (saliva)
2.    Melalui air mata
3.    Lewat urin
4.    Hubungan sosial dan pada orang serumah
Dari sekurang-kurangnya 11 penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika terhadap teman sekolah dan orang serumah pengidap HIV (bukan mitra seksual) ternyata prevalensi infeksi HIV di antara mereka adalah sama dengan prevalensi di masyarakat umum, jadi tidak terbukti adanya transmisi lewat hubungan sosial atau serumah.
5.    Karena gigitan serangga
Dari penelitian, ternyata HIV tidak dapat hidup di dalam tubuh serangga, dengan melakukan percobaan menggunakan kutu busuk dan nyamuk yang diberi darah yang mengandung HIV dengan konsentrasi 100 kali lebih besar daripada konsentrasi normal, 4 jam sesudahnya HIV masih dapat dibiakkan dari serangga tersebut. Bila penularan ini dapat terjadi, maka prevalensi infeksi HIV pada anak-anak dan orang tua tentunya secara proporsional juga terjadi. Tetapi ternyata hal itu tidak benar.

Kelompok Resiko Tinggi Tertular AIDS
1.    WTS (Wanita Tuna Susila), pramuria, pramupijat
Kelompok ini beresiko tinggi di negara Indonesia.
2.    Homoseksual ataupun heteroseksual
Distribusi umur penderita AIDS di Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika tidak berbeda jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30-39 tahun, dan menurun pada kelompok umur yang lebih besar dan lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa penularan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan utama. Mengingat pola penularan seksual dan non seksual yang telah disebutkan, maka kelompok masyarakat yang beresiko tinggi adalah kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas, yaitu kaum homoseksual termasuk kelompok biseksual. Prevalensi infeksi HIV di kalangan ini terus meningkat dengan pesat.
3.    Penyalahguna narkotika suntik
Mereka ini menggunakan alat suntik bersama dan sering masih terdapat sisa darah di dalam jarum atau alat suntik.
4.    Penerima transfusi darah atau komponen darah yang berulang
5.    Orang-orang yang kemerdekaannya dibatasi seperti narapidana, korban narkotika yang direhabilitasi di pusat-pusat rehabilitasi
Gejala AIDS (Manifestasi Klinis)
Penderita AIDS menghadapi keadaan yang mirip dengan penyakit keganasan atau kanker, dengan satu perbedaan yang mencolok, yaitu bahwa ia mendapatkan penyakit ini dari orang lain (biasa yang dicintainya) dan sangat mungkin telah menyebarkannya kepada orang lain. Pada dasarnya gejala-gejala klinis dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.    Gejala-gejala sebagai akibat dari manifestasi infeksi oportunistik, misalnya:
·         Infeksi saluran pernafasan, misalnya PCP, Koch pulmonum, infeksi Mycobacterium avium dan M. Intercellulare, infeksi jamur, dll
·         Infeksi saluran pencernaan, berupa diare kronis antara lain disebabkan oleh parasit cryptosporidium
·         Infeksi virus hepatitis B
·         Gejala-gejala neurologis (CNS syndrome), dapat disebabkan oleh space occupying lesions, progresive dementia, meningitis ataupun chorio retinitis
·         Infeksi lainnya, misalnya cytomegalovirus, herpes virus, candidiasis
2.    Gejala-gejala sebagai akibat penurunan sistem imun
·         Rentan terhadap infeksi
·         Sarkoma Kapossi dan keganasan sistem limfoid
·         Defisiensi limfosit T4
·         Kelainan fungsi sel B (tidak mampu menunjukkan respon imunoglobulin)
Dalam perjalanan seseorang yang mendapatkan infeksi HIV dapat diamati hal-hal berikut ini:
Kelompok I (Infeksi akut)
Infeksi akut HIV biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi pada beberapa orang kadang-kadang menimbulkan gejala dalam 6 minggu pertama. Dapat berupa symptomatic sero-conversion atau asymptomatic sero-conversion. Gejala dapat `berupa sindrom seperti pada infeksi Mononucleosis infectiosa aseptic meningitis berupa rash dan keluhan muskulo skletal. Infeksi ini ditandai juga dengan gejala yang mirip infeksi virus lain, seperti demam, malaise, letargi, mialgia, limfadenopati, dan nyeri tenggorokan. Keluhan ini umumnya bersifat sementara saja, dan kemudian menghilang dengan sendirinya.
Kelompok II (Infeksi asimtomatik atau chronic asymptomatic infestion)
Infeksi kronis mungkin asimtomatik. Bila kemudian berkembang menjadi simtomatik, maka pada episode ini mungkin timbul tanda-tanda seperti sitopenia, infeksi oportunistik ringan, dan gangguan kulit. Kelompok ini tentunya hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan laboraturium saja. Tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada kelompok ini, dan diperkirakan jumlahnya sangat besar, khususnya pada kalangan kelompok yang dikategorikan  resiko tinggi.
Kelompok III (PGL atau Persistent Generalised Lymphadenophaty)
PGL yang terlihat pada infeksi kronis dipakai sebagai tahapan perjalanan infeksi HIV. Tahapan ini adalah untuk memudahkan pengamat menentukan orientasi sampai berapa jauhnya infeksi HIV sudah melaju. Batasan sindrom ini adalah:
-          Adanya gejala konstitusional (demam, diare, keringat malam, dan keletihan)
-          Benjolan yang nyeri
-          Pembesaran yang cepat meningkat
-          Adanya pembesaran kelenjar hilus
-          Splenomegali
Kelompok IV (Penyakit-penyakit lain)
Termasuk dalam golongan ini adalah penyakit-penyakit lain selain limfadenopati. Berdasarkan tanda dan gejala klinik, golongan ini masih dibagi lagi menjadi:
-          Penyakit konstitusional
-          Infeksi
-          Penyakit-penyakit neorologis
-          Kanker
-          Penyakit-penyakit lain
Kelompok V (AIDS)
Manifestasi klinik utama dari AIDS yaitu:
1.      Tumor
2.      Infeksi oportunistik
Sarkoma  Kaposi adalah tumor yang pertama kali dilaporkan tetapi kemudian beberapa yang lain ditemukan, misalnya ekstra nodal, sarkoma skuamosa mulut, dan anorektal. Sedangkan infeksi oportunistik melibatkan hampir semua sistem dalam badan. Pneumonia Pneumocystis Carinii merupakan infeksi oportunistik yang umum dan terbanyak di Amerika maupun Inggris.

-       Gejala AIDS pada orang dewasa
AIDS dicurigai pada orang dewasa, bila terdapat dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak ada sebab-sebab immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau etiologi lainnya.
Gejala Mayor
1.      Penurunan berat badan lebih dari 10%
2.      Diare kronik lebih dari 1 bulan
3.      Demam lebih dari satu bulan (kontinyu)
Gejala Minor
1.      Batuk lebih dari 1 bulan
2.      Dermatitis pruritik umum
3.      Herpes zoster rekurens
4.      Kandidiasis orofarings
5.      Limfadenopati umum
6.      Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif

-          Gejala AIDS pada anak
AIDS dicurigai pada anak, bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
Gejala Mayor
1.      Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal
2.      Diare kronik lebih dari 1 bulan
3.      Demam lebih dari 1 bulan
Gejala Minor
1.      Limfadenopati umum
2.      Kandidiasis oropharings
3.      Infeksi umum yang berulang (otitis, pharingitis dan sebagainya)
4.      Batuk persisten
5.      Dermatitis umum
6.      Infeksi HIV maternal
Cara Pengobatan
1.      Pengobatan terhadap etiologi
Meningkatnya pengetahuan tentang etiologi AIDS rupanya tidak menunjukkan hal yang menggembirakan (Voldberding P. A. 1988). Beberapa obat telah dicoba, antara lain:
a.       Zidovudine (Azidothymidine), yang mempunyai efek mempengaruhi proses replikasi virus. Tetapi efek sampingnya sangat beragam, yaitu supresi sumsum tulang, nausea, mialgia, insomnia, dan sakit kepala.
b.      Suramin, HPA 23, Ribavirin, terbukti menghambat replikasi virus
c.       Fascarnet

2.      Pengobatan suportif
Tujuan pengobatan ini ialah untuk meningkatkan keadaan umum pasien. Terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik, serta vitamin. Di samping itu perlu diupayakan dukungan psikososial agar pasien dapat melakukan aktivitas seperti semula.

3.      Pengobatan terhadap infeksi sekunder (PCP)
Pada umumnya penderita AIDS menderita infeksi berat, multipel, dan berulang. Respon pengobatan seringkali buruk, karena adanya strain yang resistent. Awalnya menunjukkan respon yang baik, tapi kemudian tidak diperlukan, sehingga pemilihan kembali antibiotik lainnya yang sensitif. Obat yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
-          Pentamidine, efek sampingnya yaitu berupa nausea, diare, hipotensi, hipoglikemia, dan gangguan fungsi ginjal.
-          Co trimoxazole, efek sampingnya adalah skin rash, nausea, vomiting, dan sitopenia.
-          Kombinasi trimetropim dan dopson
-          Pyrimethamine dengan sulfadoxine


4.      Pengobatan terhadap Sarkoma Kaposi
Penanganan tregantung dari stadium klinik. Sarkoma Kaposi yang masih bersifat lokal diatasi dengan eksisi atau radio terapi. Kasus yang lebih agresif yeng meliputi kulit dan mukosa diatasi denagn radio terapi juga. Kemudian, untuk kasus yang lanjut diberikan kemoterapi dan atau recombinant alpha interferon.
Cara Pencegahan
1.      Disinfaksi dan inaktivasi
Penting sekali bahwa setiap permukaan meja atau alat-alat kedokteran yang terkena cairan yang tercemar oleh virus didisinfeksi dengan baik, khususnya alat kedokteran yang dimasukkan ke dalam tubuh. Selain itu HIV dalam cairan 10% terinaktivasi dengan cepat oleh pemanasan pada suhu 560C selama 10 menit.
2.      Mengadakan hubungan seksual dengan jumlah pasangan yang terbatas
Secara statistik dapat diperhitungkan bahwa dengan membatasi pasangan seksual, maka resiko terinfeksi dengan HIV juga akan berkurang.
3.      Memillih pasangan seksual yang mempunyai resiko rendah terhadap infeksi HIV
4.      Mempraktekkan protective sex
maksudnya yaitu hubungan seksual dimana tidak ada kontak dengan semen, cairan vagina, atau darah antar pasangan. Termasuk pula dalam kategori ini penggunaan kondom.
5.      Melakukan penyuluhan dari pihak kesehatan atau yang lain
Pencegahan penularan HIV melalui cara ini ditujukan untuk mengubah perilaku seksual masyarakat tertentu.
6.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
7.      Sarung tangan harus dipakai setiap kondisi dimana kontak dengan darah atau cairan dari pasien mungkin terjadi
8.      Pendekatan harm education
Yaitu upaya untuk mengurangi penularan penyakit melalui jarum suntik dengan cara membagikan jarum suntik steril serta mengajarkan prinsip-prinsip sterilisasi di kalangan pengguna narkotika suntik
9.      Pemberian obat antiretroviral azitomidin (AZT)
Cara ini untuk mencegah penularan dari ibu hamil positif kepada bayinya.


10.  Pendekatan agama
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, cara ini merupakan pendekatan yang penting karena dengan mengingatkan ajaran agama dan nilai-nilai budaya diharapkan perilaku hubungan seks yang beresiko dapat dikurangi begitu juga dengan pengguna narkotika.
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk menurunkan risiko terkena HIV melalui hubungan seksual:
Abstinence or delay of sexual activity, especially for youth (berpantang atau menunda kegiatan seksual, terutama bagi remaja),
Being faithful, especially for those in committed relationships (setia pada pasangan, terutama bagi orang yang sudah memiliki pasangan),
Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, bagi orang yang melakukan perilaku berisiko).
Ada pula rumusan pendekatan ABC ini dalam bahasa Indonesia:
Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan,
Cegah dengan kondom.


B. Analisis Skenario

Skenario II
Apakah Anak Istri Saya Bisa Ikut Tertular?

            Seorang laki-laki berumur 40 tahun bekerja di kapal pesiar selama 5 tahun datang dengan keluhan demam dan batuk darah. Dia sudah berkali-kali keluar masuk rumah sakit. Dia sudah berkeluarga pulang setiap 1 tahun sekali, mempunyai seorang anak umur 3 tahun dan saat ini istrinya sedang mengandung anak kedua. Keluhan sakit sudah lama namun tidak dirasakan karena tuntutan pekerjaan. Tetapi keluhan penyakitnya makin lama dirasa makin parah dia memutuskan unutk mengunjungi dokter.
            Hasil pemeriksaan laboratorium, jumlah Limfosit T Helper (CD4) menunjukkan hasil sangat rendah. Hasil anamnesis lebih lanjut, dia mengaku beberapa kali berhubungan dengan wanita pekerja seks komersial saat jauh dari istrinya. Dia juga mengaku pernah memakai injeksi narkoba (IVDU).
            Meskipun demikian istrinya setia, tidak pernah menaruh hati pada pria manapun selain suaminya apalagi berhubunngan seks. Yang menjadi kekhawatiran pria ini adalah apakah istri dan kedua anaknya juga bisa tertular sakit seperti dirinya? Pria ini juga berniat untuk mengkampanyekan perilaku yang bisa mencegah terjadinya penyakit itu. Karena tidak tahu mengenai penyakitnya, ia bertanya kepada dokter. Menurut anda apa jawaban yang tepat yang diberikan dokter kepada pria ini, yang memeluk agama Islam?
Pembahasan Rumusan Masalah
1.      Klarifikasi gejala penyakit demam dan batuk berdarah
Penyakit-penyakit yang kemungkinan diderita seseorang apabila mendapatkan gejala seperti demam atau batuk berdarah yaitu:
-          Penyakit  TB (Tuberculosis)
-          Kanker paru-paru
-          Pneumonia
-          Kronik bronkitis
-          Embolisme paru-paru (penyumbatan saluran darah dalam paru-paru
-          Edema paru-paru (akibat kegagalan jantung)
Tetapi jika demam dan batuk berdahak itu terjadi, belum tentu akan menderita penyakit yang telah disebutkan di atas. Bisa saja diakibatkan oleh pendarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan, sehingga pada saat batuk, darah itu keluar atau bercampur dengan dahak. Selain itu batuk berdarah juga bisa terjadi karena luka pada saluran napas. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyakit yang diderita dengan cara berkonsultasi pada dokter dahulu.
2.      Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.)    Cara langsung
Yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk:
·         Tes HIV pada bayi, karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis
·         Menetapkan status infeksi pada individu sero-negatif
·         Tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi sero-konversi
·         Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV-2 rendah
2.)    Cara tidak langsung
Yaitu dengan melihat respons zat anti spesifik. Tes, misalnya:
·         ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1-100%). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan Western blot.
·         Western blot, spesifisitas tinggi (99,6-100%). Namun pemeriksaan ini cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
·         Immunofluorescent assay (IFA). Cara ini biasanya dipakai untuk memeriksa antigen dalam limfosit penderita tetapi dapat juga untuk menentukan anti-HIV.
·         Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)

3.      Penyakit akibat seks bebas
Penyakit Hubungan Seksual (PHS) adalah kelompok penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual. PHS sering juga disebut penyakit kelamin, penyakit veneral, Penyakit Menular Seksual (PMS). Penularan PHS umumnya adalah melalui hubungan seksual, sedangkan cara lainnya yantu melalui transfusi darah, jarum suntik, ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dan lain-lain. Sumber penularan utama adalah wanita pekerja seksual. PHS yang sering terjadi antara lain:
1.)    Sifilis (raja singa, lues)
2.)    Gonore (GO, kencing nanah)
3.)    Limfogranuloma Venerium (bonen)
4.)    Herpes Genitalis
5.)    Kandiloma Akuminata
6.)    Kutuan kelamin
4.      Macam-macam narkoba dan penggunaannya
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Sedangkan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi). Berikut adalah jenis narkoba yang sering digunakan:
-          Opiat atau opium (candu), digunakan dengan cara diisap (inhalasi).
-          Morvin, cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena).
-          Heroin (putaw), digunakan dengan cara disuntik atau diisap.
-          Ganja (kanabis), caranya dipadatkan seperti rokok atau menggunakan pipa rokok.
-          LSD (lysergic acid atau acid, trips, tabs), cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.
-          Kokain, disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyaipermukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff.
-          Amfetamin, cara penggunaan berupa pil yang langsung diminum.
-          Sedatif, cara pemakaian dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur.
-          Alkohol,  dengan cara diminum.
-          Inhalansia (solven), dengan cara dihirup

5.      Tentang limfosit T helper yang rendah
Limfosit T helper (CD4) yaitu bagian dari sel darah putih yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit. Jumlah CD4 yang normal adalah antara 600-1500mL3. Namun saat CD4 melakukan replikasi, HIV merusak sel tersebut, dengan cara mengikatkan diri pada CD4 serta menggunakannya untuk replikasi HIV. HIV menjadikan CD4 sebagai “pabrik”nya, artinya HIV melakukan semua aktifitas dengan menumpang di CD4. Miliaran virus baru dibuat, sehingga virus yang tersebut menularkan sel CD4 yang lain. Jadi, HIV justru merusak sistem yang biasanya melindungi tubuh kita dari infeksi.

6.      Cara pandang menurut Islam tentang HIV/AIDS
Islam telah mengatur dengan baik tentang masalah yang ditimbulkan akibat seks bebas (perzinahan). Dalam Al-qur’an ada banyak ayat yang isinya mencegah perbuatan-perbuatan merugikan tersebut. Misalnya dalam surat Al-Ahzab (33: 59), Al-Mukminun (23: 5-7), An-Nur (24: 31), Al-Ma’arij (70: 29-31), Al-Isra’ (17: 32), dll.

7.      Pembahasan berdasarkan pertanyaan dari skenario
-          “... Apakah istri dan kedua anaknya dapat tertular seperti dirinya?”
Jika lelaki itu berhubungan intim dengan istrinya, maka lelaki tersebut telah menularkan penyakit AIDS kepada istrinya. Sehingga, anak yang berada di dalam kandungan juga ikut tertular penyakit ini. Namun, anak yang telah berumur 3 tahun (anak pertama) diperkirakan tidak tertular karena dia sudah tidak minum ASI dari ibunya. Kecuali jika dihadapkan pada permasalahan yang lain, misalnya si anak terluka, begitu juga si ibu. Kemudian darah si ibu mengenai luka anaknya, maka itu dapat tertular. Tetapi itu semua hanya kemungkinan yang dapat terjadi.
-          “... Jawaban yang tepat yang diberikan dokter kepada pria ini, yang memeluk agama Islam?”
Jika dokter tersebut telah mengetahui bahwa lelaki itu telah positif tertular HIV/AIDS, maka jawaban terbaik yang diberikan adalah dengan berkata sejujurnya. Perlu digarisbawahi bahwa seorang dokter tidak boleh memvonis bahwa umurnya tinggal sebentar lagi. Karena yang mengetahui tentang kematian seseorang adalah Allah semata. Yang perlu dokter lakukan adalah dengan memberikan semangat dan pencerahan spiritual. Karena dengan begitu diharapkan pasien dapat sedikit tenang. Serta memiliki semangat yang baru dalam menghadapi kehidupan.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. Penyakit AIDS kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual. Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini hanya menghambat pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Tetapi obat yang digunakan untuk menyembuhkan masih belum ditemukan. Hanya langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan.

B.   Saran
Hal yang dapat dilakukan setelah mengetahui lebih lanjut kasus HIV/AIDS adalah dengan menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja dengan menjaga daya tahan tubuh. Kebersihan tempat, alat, dsb harus diperhatikan. Selain itu, hindarilah narkoba serta obat-obatan terlarang. Serta setia pada pasangan yang telah terikat secara sah.

  
DAFTAR PUSTAKA

Soewarso, Titi Indijati Dr, dkk. 1989. AIDS Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Ditjen PPM dan PLP.
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.
Mansjoer, Arif ed, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jillid II. Jakarta: Media Aesculapis.
Djauzi, Samsuridjal. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Gaya Baru.
Sudoyo, Aru W ed, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Brooks, Geo F. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.
Kumpulan makalah Temu Ilmiah Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah IV Denpasar, 3-7 September 1996
http://www.mahsuri.com.my/blog/rawatan/batuk-berdarah
http://konsultasikesehatan.epajak.org/paru-paru/batuk-berdarah-bronchitis-atau-tb-463
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
http://www.medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm

http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba/

Leave a Reply