BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi merupakan salah satu kondisi yang dapat membahayakan kesehatan seseorang. Orang dengan hipertensi juga beresiko lebih tinggi mengalami gangguan kardiovaskuler seperti gagal jantung bahkan kematian mendadak. Hipertensi disinyalir bertanggung jawab atas 7,1 juta kematian per tahun di seluruh dunia (Underwood, 2000).
Di Amerika Serikat, 20% dari populasinya menderita hipertensi dan tiap tahunnya ada 2 juta penderita hipertensi baru. Sementara WHO mencatat, dari 50% penderita hipertensi yang terdeteksi, hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan 12,5% bisa diobati dengan baik. Sedangkan di Indonesia, data Depkes menunjukkaj, 17-21% orang menderita hipertensi dan sebagian besar tidak terdeteksi (Sudoyo, 2007).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari penyakit hipertensi?
2. Bagaimana gejala yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi?
3. Apa saja penyebab terjadinya penyakit hipertensi?
4. Bagaimana patogenesis dari penyakit hipertensi?
5. Bagaimana diagnosis untuk penyakit hipertensi?
6. Apa saja pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk penyakit hipertensi?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
1. Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit hipertensi
2. Agar dapat menjelaskan gejala yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi
3. Agar dapat menjelaskan penyebab terjadinya penyakit hipertensi
4. Agar dapat menjelaskan patogenesis dari penyakit hipertensi
5. Agar dapat menjelaskan diagnosis untuk penyakit hipertensi
6. Agar dapat menjelaskan pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk penyakit hipertensi
7. Agar dapat menjelaskan penatalaksanaan penyakit hipertensi
D. Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan antara lain:
1. Memahami definisi dari penyakit hipertensi
2. Memahami gejala yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi
3. Memahami penyebab terjadinya penyakit hipertensi
4. Memahami patogenesis dari penyakit hipertensi
5. Memahami diagnosis untuk penyakit hipertensi
6. Memahami pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk penyakit hipertensi
7. Memahami penatalaksanaan penyakit hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Sirkulasi
Fungsi sirkulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh untuk mentranspor zat makanan ke jaringan tubuh, untuk mentranspor produk-produk yang tidak berguna, untuk menghantarkan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, dan secara umum, untuk memelihara lingkungan yang sesuai di dalam seluruh cairan jaringan tubuh agar sel bisa bertahan hidup dan berfungsi secara optimal (Guyton, 2006).
Kecepatan aliran darah yang melewati sebagian besar jaringan dikendalikan oleh respon dari kebutuhan jaringan terhadap zat makanan. Jantung dan sirkulasi selanjutnya dikendalikan untuk memenuhi curah jantung dan tekanan arteri yang sesuai agar aliran darah yang mengalir di jaringan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan (Guyton, 2006).
Adapun tiga prinsip dasar yang mendasari keseluruhan dari fungsi sirkulasi, yaitu antara lain: (Guyton, 2006)
1. Kecepatan aliran darah ke setiap jaringan tubuh hampir selalu diatur sesuai dengan kebutuhan jaringan.
Bila jaringan bersifat aktif, jaringan ini membutuhkan jauh lebih banyak suplai zat makanan, dan oleh karena itu aliran darah akan lebih banyak bila dibandingkan pada keadaan istirahat, kadang-kadang hingga 20-30 kali nilai istirahatnya. Namun jantung normalnya tidak dapat meningkatkan curah jantungnya lebih dari empat sampai tujuh kali lebih besar dari nilai istirahat. Oleh sebab itu, sangat tidak mungkin untuk meningkatkan aliran darah di seluruh bagian tubuh ketika jaringan tertentu membutuhkan peningkatan aliran. Sebaliknya, pembuluh mikro dari setiap jaringan yang terus menerus mengawasi kebutuhan jaringan, seperti tersedianya oksigen dan zat makanan lain serta akumulasi karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, dan hal inilah yang kemudian mengatur aliran darah setempat secara langsung, dengan berdilatasi atau berkontraksi, untuk mengontrol aliran darah setempat secara tepat hingga mencapai nilai yang diperlukan untuk aktivitas jaringan. Selain itu, pengaturan saraf terhadap sirkulasi dari sistem saraf pusat memberikan bantuan tambahan untuk pengaturan aliran darah di jaringan.
2. Curah jantung terutama dikendalikan oleh penjumlahan seluruh aliran darah setempat.
Bila darah mengalir di jaringan, darah ini akan segera kembali melalui vena ke jantung. Jantung berespons secara otomatis terhadap peningkatan aliran darah ini, dengan segera memompa darah kembali ke arteri tempat darah berasal. Jadi, jantung bekerja sebagai mesin yang otomatis, dengan cara merespon kebutuhan jaringan. Namun demikian, jantung seringkali memerlukan bantuan dalam bentuk sinyal saraf khusus agar dapat memompa darah sesuai dengan jumlah aliran darah yang dibutuhkan.
3. Pada umumnya, tekanan arteri dikendalikan secara mandiri baik dengan pengaturan aliran darah setempat atau pengaturan curah jantung
Sistem sirkulasi dilengkapi dengan sistem pengaturan yang luas terhadap tekanan darah arteri. Sebagai contoh, jika pada saat tertentu tekanan menjadi sangat menurun di bawah nilai normalnya sekitar 100 mmHg, dalam waktu beberapa detik refleks saraf yang berlimpah akan menimbulkan serangkaian perubahan sirkulasi untuk meningkatkan tekanan kembali menuju normal. Sinyal-sinyal saraf ini terutama:
- Meningkatkan daya pemompaan jantung
- Menyebabkan kontraksi pada sistem penampungan vena yang besar agar menyediakan lebih banyak darah bagi jantung
- Menyebabkan konstriksi umum pada sebagian besar arteriol di seluruh tubuh, sehingga lebih banyak darah yang terakumulasi di dalam arteri-arteri besar untuk meningkatkan tekanan arteri. Kemudian, dalam waktu yang lebih lama lagi, beberapa jam dan berhari-hari, ginjal memainkan peran tambahan yang utama dalam pengaturan tekanan, baik dengan menyekresi hormon yang mengatur tekanan maupun dengan mengatur volume darah.
B. Definisi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah, yaitu dengan tekanan sistolik mencapai 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dinamakan hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer. Menurut The Seventh Report of The Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasikan tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II (Price, 1995).
| Klasifikasi tekanan darah | TDS (mmHg) | TDD (mmHg) |
| Normal | < 120 | < 80 |
| Prahipertensi | 120-139 | 80-89 |
| Hipertensi derajat 1 | 140-159 | 90-99 |
| Hipertensi derajat 2 | ≥ 160 | ≥ 100 |
(Sudoyo, 2007)
C. Epidemiologi
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang serius. Insiden hipertensi sangat berbeda-beda pada setiap daerah. Pada sebagian masyarakat, tekanan darah cenderung meningkat mengikuti kenaikan umur. Ditemukan pula bukti bahwa ada faktor keturunan pada tekanan darah yang tinggi, walaupun pola genetik yang tepat belum dapat ditentukan. Tekanan darah orang tua dan keturunannya mempunyai korelasi, sedangkan anak hasil adopsi tidak mempunyai korelasi. Korelasi tekanan darah pada kembar monozigot lebih tinggi dibandingkan dengan kembar dizigot. Masyarakat kulit hitam, baik di Afrika Barat maupun Amerika Utara, sebagian besar mempunyai insidensi hipertensi yang tinggi, yang besarnya cenderung lebih rendah pada keturunan asli Indian. Pada daerah tertentu di Afrika dan Pasifik Selatan, tekanan darah rata-rata sangat rendah. Studi epidemiologi mengkonfirmasikan korelasi yang mungkin ada, antara berat badan dengan tekanan darah diastolik maupun sistolik. Hubungan ini sangat kuat pada usia muda dan pertengahan, dan kurang pada usia lanjut atau tua. Penderita hipertensi yang mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darahnya (Underwood, 2000).
D. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu antara lain: (Mansjoer, 1999)
1. Hipertensi primer atau esensial
Adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
2. Hipertensi sekunder
Adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya KB).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup sedenter tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih, dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih dan obesitas memberikan resiko 65-70% untuk terkena hipertensi primer. Penelitian klinis telah secara jelas menunjukkan pentingnya penurunan berat badan untuk menurunkan tekanan darah pada sebagian besar pasien hipertensi. Beberapa sifat khas hipertensi primer yang disebabkan oleh kenaikan berat badan yang berlebihan dan obesitas termasuk: (Guyton, 206)
1. Curah jantung meningkat
Sebagian karena aliran darah tambahan yang dibutuhkan untuk jaringan lemak ekstra. Walaupun begitu, aliran darah di jantung, ginjal, traktus gastrointestinal dan otot skelet juga meningkat seiring kenaikan berat badan disebabkan oleh meningkatnya laju metabolik dan pertumbuhan organ-organ dan jaringan sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan metaboliknya. Bersamaan dengan keadaan hipertensi yang menetap selama bertahun-tahun, tahanan vaskular perifer total juga dapat meningkat.
2. Aktivitas saraf simpatis, terutama di ginjal, meningkat pada orang-orang dengan berat badan yang berlebih
Penyebab meningkatnya aktivitas simpatis pada keadaan obesitas tidak sepenuhnya dipahami, namun penelitian terakhir menunjukkan bahwa hormon, seperti leptin, yang dilepaskan dari sel-sel lemak dapat secara langsung merangsang berbagai daerah hipotalamus, yang kemudian mempunyai pengaruh eksitasi terhadap pusat vasomotor di medula otak.
3. Kadar angiotensin II dan aldosteron meningkat 2-3 kali pada banyak pasien dengan obesitas
Hal ini, sebagian mungkin disebabkan oleh meningkatnya perangsangan saraf simpatis, yang meningkatkan pelepasan renin oleh ginjal dan juga pembentukan angiotensin II, yang kemudian merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresi aldosteron.
4. Mekanisme natriuresis tekanan oleh ginjal tidak akan mengekskresi garam dan air dalam jumlah yang cukup kecuali tekanan arteri tinggi atau fungsi ginjal membaik dengan sendirinya
Dengan kata lain, jika tekanan arteri rata-rata pada pasien hipertensi esensial 150 mmHg, pengurangan akut tekanan arteri rata-rata secara buatan menjadi nilai normal 100 mmHg akan menyebabkan anuria hampir secara total, dan pasien akan meretensi garam dan air sampai tekanannya naik kembali ke tekanan semula, 150 mmHg. Walaupun demikian, penurunan tekanan arteri secara menahun menggunakan terapi anti hipertensi, biasanya tidak menyebabkan retensi garam dan air oleh ginjal secara nyata karena terapi ini juga memperbaiki natriuresis tekanan oleh ginjal.
E. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah: (Underwood, 2000)
1. Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan. Sedangkan peningkatan volume cairan menyebabkan peningkatan preload yang berakibat tekanan darah meningkat.
2. Jumlah nefron yang berkurang dapat menyebabkan retensi natrium ginjal dan permukaan filtrasi. Apabila terjadi retensi urin pada ginjal volume cairan akan meningkat sehingga terjadi peningkatan darah.
3. Stres akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin angiotensin. Aktivitas saraf yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat.
4. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membran sel sehingga terjadi konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah.
5. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena pada obesitas terjadi hiperinsulinemia yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural. Akibat adanya hipertrofi struktural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah.
6. Bahan-bahan yang berasal dari endotel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah
F. Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak dioabati, bisa timbul gejala berikut: (Sudoyo, 2007)
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal
8. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
G. Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah: (Sudoyo, 2007)
1. Jantung
- Hipertrofi ventrikel kiri
- Angina atau infark miokardium
- Gagal jantung
2. Otak
- Strok atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Pasien dengan prehipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali resiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan >140 mmHg merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik: (Sudoyo, 2007)
1. Resiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115-75 mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg
2. Resiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor resiko lainnya
3. Individu berumur 55 tahun memiliki 90% resiko untuk mengalami hipertensi
H. Evaluasi
Evaluasi pada pasien penderita hipertensi bertujuan untuk: (Delp, 1996)
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskuler
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi: (Sudoyo, 2007)
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat analgesik dan obat/bahan lain
c. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
d. Episoda lemah otot dan tetani
3. Faktor-faktor resiko
a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskuler pada pasien atau keluarga pasien
b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c. Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya
d. Kebiasaan merokok
e. Pola makan
f. Kegemukan, intensitas olah raga
g. Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks, defisit sensoris atau motoris
b. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
c. Ginjal: poliuria, nokturia, hematuri
d. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder. Pengukuran tekanan darah: (Sudoy, 2007)
1. Pengukuran rutin di kamar periksa
2. Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
3. Pengukuran sendiri oleh pasien
Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran dan peletakan manset dan stetoskop harus benar. Pengukuran dilakukan 2 kali, dengan sela antara 1-5 menit, pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika didapatkan kenaikan tekanan darah. Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi (30 detik) dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah. Untuk orang lanjut usia, diabetes dan kondisi lain dimana diperkirakan ada hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran tekanan darah pada posisi berdiri.
Pengukuran sendiri di rumah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya adalah masalah ketepatan pengukuran, sedangkan kelebihannya antara lain dapat menyingkirkan efek white coat dan memberikan banyak hasil pengukuran. Beberapa peneliti menyatakan bahwa pengukuran di rumah lebih mewakili kondisi tekanan darah sehari-hari. Pengukuran tekanan darah di rumah juga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan pengendalian tekanan darah serta menurunkan biaya. Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari: (Sudoyo, 2007)
1. Test darah rutin
2. Glukosa darah (sebaiknya puasa)
3. Kolesterol total serum
4. Kolesterol LDL dan HDL serum
5. Trigliserida serum (puasa)
6. Asam urat serum
7. Kreatinin serum
8. Kalium serum
9. Hemoglobin dan hematokrit
10. Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)
11. Elektrokardiogram
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedangkan pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi: (Sudoyo, 2007)
1. Jantung
a. Pemeriksaan fisik
b. Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks, dan sirkulasi pulmoner)
c. Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri)
d. Ekokardiografi
2. Pembuluh darah
a. Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure
b. Ultrasonografi (USG) karotis
c. Fungsi endotel (masih dalam penelitian)
3. Otak
a. Pemeriksaan neurologis
b. Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)
4. Mata
a. Funduskopi
5. Fungsi ginjal
a. Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
b. Perkiraan laju filtrasi glomerulus, yang untuk pasien dalam kondisi dtabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran Naational Kidney Foundation (NKF).
I. Pengobatan
Panduan mutakhir untuk pengobatan hipertensi menganjurkan, sebagai langkah pertama, modifikasi gaya hidup yang bertujuan meningkatkan aktifitas fisik dan penurunan berat badan pada sebagian besar pasien. Sayangnya, banyak pasien yang tidak dapat menurunkan berat badannya, dan terapi dengan obat-obatan anti hipertensi harus mulai diberikan (Guyton, 2006)
Terdapat dua kelas umum obat-obatan yang digunakan untuk mengelola hipertensi yaitu obat-obat vasodilator yang meningkatkan aliran darah dari ginjal dan obat-obat natriuretik atau diuretik yang menurunkan reabsorpsi garam dan air oleh tubulus ginjal (Katzung, 1998)
Obat obat vasodilator biasanya menyebabkan vasodilatasi pada banyak jaringan tubuh lainnya dan juga pada ginjal. Obat-obat ini bekerja melalui salah satu cara berikut: (Guyton, 2006)
1. Dengan melakukan inhibisi sinyal saraf simpatis ke ginjal atau dengan menghambat kerja bahan transmiter simpatis pada vaskular ginjal
2. Secara langsung melemahkan otot-otot polos vaskular ginjal
3. Dengan menghambat kerja sistem renin-angiotensin pada vaskular ginjal atau tubulus ginjal
Obat-obat yang menurunkan reabsorpsi garam dan air oleh tubulus ginjal tersebut khususnya meliputi obat-obat yang menghambat transpor aktif natrium melalui dinding tubulus; penghambatan ini selanjutnya mencegah reabsorpsi air.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skenario yang berjudul “Kepalaku Sakit, Dok!” didapatkan beberapa masalah, diantaranya:
Nama : Pak Abraham
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Direktur bank swasta
TB : 170 cm
BB : 78 kg
Keluhan : Sakit kepala dan leher tegang sejak 3 bulan lalu
Pem. Fisik : Tekanan darah 150/90 mmHg
Obat :Hidrochlorotiazide, seteleh 2 minggu kontrol, obat hidrochlorotiazid dikombinasi dengan bisoprolol
Saran dokter :Perbaiki life style, jangan mudah marah dan stress, bila marah cobalah duduk, tarik nafas panjang, istighfar lalu wudhu
Riwayat :Ayahnya meninggal karena serangan jantung dan ibunya terkena stroke
Diagnosis : Hipertensi
Dari tinggi badan dan berat badan yang telah diketahui, maka didapatkan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT). Setelah melalui perhitungan, IMT yang didapatkan adalah 26,9. Sedangkan untuk batas IMT normal adalah 25. Sehingga pada kasus ini pak Abraham tergolong kegemukan. Kegemukan beresiko tinggi menderita hipertensi. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena pada obesitas terjadi hiperinsulinemia yang dapat menyebabkan hipertrofi structural. Akibat adanya hipertrofi structural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah (Guyton, 2006)
Penderita hipertensi tidak mempunyai penampilan fisik yang khas, dan manifestasi yang menyertai penyakit ini tergantung pada parahnya penyakit dan keterlibatan sistem organ lain, seperti otak dan ginjal. Pada kasus ini, dirasakan leher tegang disertai sakit kepala. Leher tegang lebih diakibatkan karena terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah (Sudoyo, 2007)
Tekanan darah pak Abraham yaitu 150/90 mmHg. Pada kasus ini masih dikelompokkan dalam hipertensi derajat I, yang masih belum terlalu parah. Dalam hal ini, dilihat dari gejala yang ditimbulkan, belum didapatkan kerusakan organ yang serius (Sudoyo, 2007).
Gaya hidup atau life style pak Abraham harus di ubah. Selain itu, dalam kondisi saat ini (bank swasta nya yang hampir gulung tikar), dapat meningkatkan terjadinya stres. Stres merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya hipertensi. Stres dapat mempengaruhi tekanan darah dengan cara sebagi berikut, kelenjar pituitari terutama pada posterior lobe, terdiri dari jaringan-jaringan saraf dan jika dirangsang maka hormon-hormon vasopresin mengalir ke dalam darah. Vasopresin mengerutkan otot-otot di dalam dinding arteri dan meningkatkan tekanan darah. Selain itu stress akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin angiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat (Guyton, 2006).
Hydrochlorotiazide merupakan suatu diuretik tiazid yang digunakan untuk terapi hipertensi dan edema; digunakan per oral; sering dikombinasikan dengan penggunaan diuretik hemat kalium. Terapi dengan hidroklorotiazid, dianjurkan, walaupun dosis ekuivalen diuretik tiazid lain juga bermanfaat. Toksisitas utama diuretik tiazid, di samping hipokalemia, hipomagnesemia, dan hiperglikemia, ialah hiperkalsemia. Lalu kemudian dokter mengkombinasikan hydrochlorotiazide dengan bisoprolol. Bisoprolol merupakan suatu agen penyekat beta-adrenergik sintetik yang digunakan pada pengobatan hipertensi dan diberikan per oral. Dari resep yang telah diberikan oleh dokter, didapatkan peringatan untuk meminum obat sebanyak 1 x 1 x 1 sebelum makan (Katzung, 1998).
Pengaturan pola dan jenis makan yang tepat adalah kunci penting mencegah hipertensi. Di antara semua produk hewan, ikan paling menyehatkan, tinggi protein dan rendah lemak. Kandungan asam lemak omega-3 membantu mencegah pembentukan plak pada dinding pembuluh darah, mengurangi peradangan dan mencegah tekanan darah tinggi. Minyak flaxseed, semisal minyak ikan. Kaya akan asam lemak omega-3 untuk mencegah plak pada pembuluh darah (Guyton, 2006).
Dari riwayat keluarga, didapatkan ayahnya meninggal karena serangan jantung, sedangkan ibunya menderita stroke. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membrane sel sehingga terjadi konstirksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah (Underwood, 1999).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang disepakati, yaitu diastolic 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun. Hipertensi esensial diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna. Hipertensi benigna bersifat progresif lambat, sedangkan hiperetensi maligna adalah suatu keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang bertambah berat dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai organ.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam skenario ini antara lain:
1. Hindari konsumsi makanan yang kandungan garam nya banyak
2. Makanlah makanan 4 sehat 5 sempurna serta hindari junk food
3. Berolahragalah secara teratur
4. Jagalah berat badan tubuh agar tetap ideal
