Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.

Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang diisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan kepada orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap tidak membeku.

Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue itu, akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus itu. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya.

Penyebab DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu Den 1, 2, 3, dan 4. virus dengue dapat menyebabkan manifestasi klinis yang bermacam-macam dari asimtomatik sampai fatal. Demam dengue atau dengue fever (DF) merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedang DBD atau dengue hemorrhagic fever / dengue shock syndrome (DHF/DSS) merupakan manifestasi klinik yang berat. Penelitian patogenesis sampai sekarang merupakan penelitian yang sangat menantang. Hal itu disebabkan teori patogenesis yang bermunculan belum mampu menerangkan secara tuntas fenomena klinik yang terjadi.

Menurut sejarah perkembangan patogenesis DBD dalam kurun waktu hampir seratus tahun ini, dapat dibagi dua teori patogenesis, yaitu : pertama virus dengue mempunyai sifat tertentu, dan yang kedua pada manusia yang terinfeksi mengalami suatu proses imunologi yang berakibat kebocoran plasma, perdarahan, dan pelbagai manifestasi klinik. Dapat pula kemungkinan patogenesis campuran dari kedua mekanisme tersebut.

Nyamuk Penular Penyakit DBD

Nyamuk Aedes aegypti mulanya berasal dari Mesir. Hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, minuman kosong, air tandon, air tempayan atau gentong, kaleng dan ban bekas. Tersebar luas di kota maupun desa kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter dari permukaan laut.

Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit  dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit dan menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan.

Umur nyamuk betina sekitar antara 2 minggu sampai 3 bulan, rata-rata 1 ½  bulan. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40 - 100 m dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda tergantung seperti gorden, kelambu, baju dikamar yang gelap dan lembab.

Mengenali Gejala Penyakit DBD

Dalam mengenali DBD, beberapa indikator yang penting perlu mendapat perhatian antara lain :

Tanda dini infeksi dengue
·         Demam tinggi
·         Facial flushing
·         Tidak ada tanda ISPA
·         Tidak tampak fokal infeksi
·         Uji Tourniquet positif
·         Trombositopenia
·         Hematokrit naik

Indikator fase syok
·         Hari sakit 4-5
·         Suhu turun
·         Nadi cepat tanpa demam
·         Tekanan nadi turun/hipotensi
·         Leukopeni < 5000/mm3

WHO (1997) memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis DBD secara dini, disamping menentukan derajat beratnya penyakit :


Klinis
·         Demam mendadak tinggi
·         Perdarahan (termasuk uji bendung +) seperti petekie, epistaksis, hematemesis, dan lain-lain
·         Hepatomegali
·         Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ? 20 mmHg, atau hipotensi disertai gelisah dan akral dingin.

Berat penyakit
·         Derajat I : demam dengan uji bendung +
·         Derajat II : derajat I ditambah perdarahan spontan
·         Derajat III : nadi cepat dan lemah, tekanan nadi ? 20 mmHg/hipotensi
·         Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur.

Laboratoris
·         Trombositopenia (? 100.000/ul)
·         Hemokonsentrasi (kadar Ht ? 20% dari normal).

Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup untuk menegakkan DBD.

Manifestasi Klinis

·         Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus berlangsung 2-7 hari, naik turun , tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi  sampai 40 derajat Celcius dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai cenderung menurun dan pasien  tampak seakan sembuh, hati-hati karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Biasanya pada hari ketiga demam. Hari ke-3, 4, 5 adalah fase kritis yang harus dicermati dan pada hari ke-6 dapat terjadi syok. Kemungkinan terjadi perdarahan karena kadar trombosit sangat rendah (<20.000/ul).
·         Tanda-Tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada DBD ialah  trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravakular yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji Rumple leede (+), petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena, dan hematemesis. Pada anak yang belum pernah mengalami mimisan , maka mimisan adalah tanda penting.
·         Hepatomegali
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba sampai 24 cm dibawah lengkung iga kanan. Proses pembesaran hati, dari tidak teraba sampai teraba, dapat meramalkan perjalanan penyakit DBD. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan. Nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar daripada anak kecil.
·         Kegagalan Sirkulasi (Syok)
Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak memburuk setelah beberapa hari demam. Pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara hari sakit ke3-7 terdapat tanda kegagalan sirkulasi , kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok beberapa pasien tampak sangat lemah, dan gelisah,. Sesaat sebelum syok seringkali pasien mengeluh nyeri perut.
Pada kasus yang ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral ekstremitas teraba dingin, disertai kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan  gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat sementara dan pasien akan sembuh spontan setelah pemberian cairan dan elektrolit

Manifestasi klinis renjatan pada anak terdiri atas :
·         Kulit pucat, dingin, lembab terutama pada ujung jari kaki , tangan dan hidung
·         Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat-laun kesadarannya menurun menjadi apatis, sopor dan koma
·         perubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya
·         tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang
·         tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang
·         jumlah urine yang dikeluarkan sedikit.
Manifestasi klinik lainnya :
·         Nyeri perut : keluhan yg timbul sebelum renjatan ( terutama di daerah ulu hati)
·         muntah, diare atau obstipasi
·         Sakit kepala
Komplikasi DBD
a)       Ensefalopati Dengue
b)       Acute Tubular Necrosis (ATN)
c)       Edema Paru
d)       Diare
Pengobatan DBD
Terapi DBD dibagi menjadi 4 bagian :
1)       Tersangka infeksi dengue,
2)       DBD derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit,
3)       DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20%,
4)       DBD derajat III dan IV.
Pengobatan DBD dilakukan dengan terapi cairan dan obat penurun panas. Dan segera langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.(LUQ)

DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BATASAN
Demam Dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi virus dengue.

ETIOLOGI
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4 serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak berhubungan dengan kasus berat.

MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue, SSD).

Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue
Spektrum Klinis
Manifestasi Klinis
DD
• Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita,   mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
• Dapat disertai trombositopenia.
• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
DBD
• Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
• Uji torniquet positif.
• Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
• Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.
• Hepatomegali.
• Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.
• Trombositopenia.
• Hemokonsentrasi.
• Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok
SSD
• Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
• Gejala syok :
  • Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
  • Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
  • Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
  • Akral dingin, capillary refill turun.
  • Diuresis turun, hingga anuria.
Keterangan:
  • Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
  • Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
  • Uji torniquet positif : terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1 inchi).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah :

  • Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, dan trombosit.
  • Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam, trombosit, AGD, kadar elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, protein serum, PT dan APTT.
DIAGNOSIS
  • Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sesuai tabel 1, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda perembesan plasma (hemokonsentrasi, hipovolemia, dan syok).
  • Sedangkan diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO sebagai berikut:
    1. Kriteria klinis
      • Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
      • Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.
      • Hepatomegali.
      • Syok
    2. Kriteri laboratoris
      • Trombositopenia (trombosit =100.000 mm3)
      • Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit =20% menurut standar umur dan jenis kelamin)
Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria klinis pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi.
  • Pada DBD harus dinilai derajat penyakit, karena membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda.
Tabel 2. Derajat penyakit DBD
Derajat Penyakit
Kriteria
DBD derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.
DBD derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
DBD derajat III
Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
DBD derajat IV
Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.
KOMPLIKASI DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh lemah/lelah (fatigue) saat fase pemulihan. Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD yaitu ensefalopati dengue, gagal ginjal akut, atau udem paru akut.

PENATALAKSANAAN
1. Demam Dengue
Medikamentosa:
  • Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari. Tidak dianjurkan pemberian asam asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.
Edukasi orang tua:
  • Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.
  • Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.
  • Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus buah, atau sup. Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.
  • Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat suhu turun. Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan DBD, sehingga orang tua perlu waspada.
  • Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah terus menerus, tidak sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul perdarahan.
2. Demam Berdarah Dengue
Fase demam
  • Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.
  • Antipiretik: paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.
  • Perbanyak asupan cairan oral.
  • Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat suhu turun. Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.
Penggantian volume plasma
  • Anak cenderung menjadi dehidrasi. Penggantian cairan sesuai status dehidrasi pasien dilanjutkan dengan terapi cairan rumatan.
  • Jenis cairan adalah kristaloid : RL, 5% glukosa dalam RL, atau NaCl.
Tabel 3. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang
Berat Badan (Kg)
Jumlah Cairan
(ml/kg BB/hari)
< 7
220
7 – 11
165
12 – 18
132
>18
88
Tabel 4. Kebutuhan cairan rumatan
Berat Badan (Kg)
Jumlah cairan (ml)
10
100 per kg BB
10 – 20
1000 + 50 x kg BB (untuk BB di atas 10 kg)
>20
1500 + 20 x kg BB (untuk BB di atas 20 kg)
Tabel 5. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Kriteria rawat inap
Kriteria memulangkan pasien
Ada kedaruratan:
• Syok
• Muntah terus menerus
• Kejang
• Kesadaran turun
• Muntah darah
• Berak hitam
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali pemeriksaan berturut-turut
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Trombosit > 50.000/uL
Tidak dijumpai distres pernafasan

Referensi
1. Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis anak, dan dokter spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit FKUI; Jakarta, 1999.
2. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, treatment, prevention and control, second edition. WHO: 1997.

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di Indonesia

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah lama dikenal di Indonesia dan seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan adanya penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini juga banyak dikenal karena banyak menimbulkan wabah dan kematian. Ada banyak faktor yang berhubungan maupun mempengaruhi penyakit Demam Berdarah Dengue. Disamping itu pelayanan kesehatan dituntut untuk membuat diagnosa dini dan penatalaksanaan yang seksama karena menentukan kecepatan kesembuhan pasien dan lama tinggal di rumah sakit.

Gejala Demam Berdarah
Bila demam baru satu hari, demam berdarah memang sulit dibedakan dengan demam yang disebabkan penyakit lain seperti influenza, sakit tenggorokan, atau tipes karena gejalanya amat mirip.
WHO pada tahun 1997 telah membuat pedoman yang bisa membuat kita curiga adanya demam berdarah:
- Demam mendadak tinggi 2-7 hari
- Adanya gejala perdarahan, misalnya bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang meski kulit diregangkan, gusi berdarah, mimisan, dan tinja berdarah. Bintik-bintik merah di kulit bisa muncul sendiri atau dibuat muncul dengan uji bendung. Biasanya uji bendung dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah yang digembungkan di seputar lengan hingga pembuluh darah tertekan. Bila positif, akan muncul bintik-bintik merah.
- Ada pembesaran hati.
- Terjadi syok: denyut nadi lemah dan cepat, tekanan darah turun, anak gelisah, tangan dan kaki dingin.

Pemeriksaan laboratorium: trombosit turun dan terjadi kenaikan kekentalan darah. Ditandai dengan trombosit kurang dari 100.000/µl dan hematokrit meningkat 20% lebih tinggi dari normal.Trombosit turun belum pasti demam berdarah.
Pemeriksaan Trombosit dan hematokrit merupakan tes awal sederhana yang bisa membuat kita curiga adanya demam berdarah. Trombosit adalah sejenis sel darah yang diperlukan untuk pembekuan darah. Jika nilainya turun, maka tubuh menjadi mudah berdarah seperti mimisan, gusi berdarah, dan sebagainya. Jumlah trombosit yang normal adalah sekitar 150-200.000/ µl. Ingatlah bahwa trombosit yang turun bisa pula terjadi pada penyakit lain seperti campak, demam chikungunya, infeksi bakteri seperti tipes, dan lain-lain. Pada demam berdarah, trombosit baru turun setelah 2-4 hari. Bila demam baru satu hari sedangkan trombosit sudah turun, patut dicurigai apakah laboratoriumnya yang salah, orang tua salah menghitung hari demam, atau penyakit itu bukan DBD.
Hematokrit menunjukkan kadar sel darah merah dibandingkan jumlah cairan darah. Untuk anak Indonesia, nila Hematokrit yang normal adalah sekitar 37-43%. Pada DBD, hematokrit meningkat. Lha kita kan tidak tahu nilai hematokrit anak sebelum sakit? Untuk mudahnya, ambil saja patokan bahwa nilai hematokrit lebih dari 40% dianggap sebagai meningkat. Apalagi kalau lebih dari 43%. Mengapa hematokrit meningkat? Karena terjadi perembesan cairan ke luar dari pembuluh darah sehingga darah menjadi lebih kental. Hematokrit yang meningkat merupakan hal penting karena dapat membedakan DBD dengan infeksi virus yang lain.
Untuk lebih pastinya, demam berdarah memerlukan pemeriksaan yang lebih khusus seperti menemukan virus dengue, atau uji reaksi antibodi dan antigen.
Pemeriksaan darah terlalu dini tidak banyak gunanya
Pemeriksaan darah yang dilakukan terlalu dini (misalnya demam baru satu hari) belum bisa memperkirakan apakah benar anak terkena DBD, karena trombosit dan hematokrit masih normal. Bila demam telah berlangsung sekitar 3-4 hari, barulah hematokrit meningkat dan trombosit mulai menurun. Terkadang, pemeriksaan ditambah pula dengan tes Widal untuk menyingkirkan tipes (seperti yang ditawarkan berbagai paket laboratorium), padahal ini belum diperlukan sebelum 7 hari.

Masa kritis
Prinsipnya, orang tua harus benar-benar menghitung hari, sejak kapan anaknya demam. Satu hari berarti satu hari penuh atau 24 jam setelah mulainya demam. Karena dengan begitu, bisa ditentukan kapan anak masuk dalam fase kritis yang merupakan momok mengerikan pada DBD. Pada DBD, demam biasanya akan turun setelah berlangsung 3-4 hari. Namun, justru pada saat demam turun anak dapat masuk ke masa kritis, atau sebaliknya sembuh tanpa komplikasi apapun.
Orang tua justru harus waspada pada saat demamnya turun. Pada anak yang masuk masa kritis, pada saat demam turun, ujung-ujung jari teraba dingin, denyut nadi kecil dan cepat serta tekanan darah menurun dan anak tampak lemas. Semua ini terjadi akibat cairan merembes ke luar dari pembuluh darah. Anak seolah-olah kekurangan cairan darah dan sirkulasi tubuh menjadi gagal berfungsi. Akhirnya anak mengalami syok. Tandanya, kulit teraba dingin terutama ujung jari dan kaki, biru di sekitar mulut, anak gelisah sekali dan lemas, nadinya lemah dan cepat bahkan bisa tidak teraba denyutnya.
Selain syok, dapat pula terjadi perdarahan. Yang paling sering adalah perdarahan saluran cerna, ditandai dengan buang air besar berdarah, akibat trombosit yang rendah ataupun karena syok yang berkelanjutan. Kedua keadaan ini memerlukan penanganan sangat serius dan intensif karena merupakan keadaan sangat gawat.
Namun, untungnya tidak semua anak yang terkena DBD akan mengalami hal yang seram tersebut. Sebagian besar anak akan cepat kembali normal dan sembuh seperti sedia kala setelah fase kritis ini lewat.
 Apakah harus dirawat?
Penyebab demam kan belum tentu DBD? Jadi anak yang baru demam biasa selama 1 hari tidak perlu dirawat di rumah sakit. Tapi ada catatannya: Orang tua harus dapat memantau perkembangan penyakit anak di rumah dan kembali kontrol ke dokter. Di rumah, anak harus dipastikan minum banyak cairan dan dipantau suhunya setiap hari. Dokter seharusnya meminta orang tua untuk datang kembali kontrol setelah demam berlangsung 3 hari, dan melakukan pemeriksaan Hemoglobin, trombosit dan hematokrit setiap hari berikutnya. Bila hasil laboratorium menunjukkan ada tanda-tanda penurunan trombosit (kurang atau sama dengan 100.000/µl) atau peningkatan hematokrit (lebih dari 40%), barulah anak harus masuk rumah sakit.
Apalagi kalau setelah 3 hari demam tidak turun juga atau muncul gejala demam berdarah seperti mimisan, gusi berdarah, muntah, lemah, anak gelisah, jangan tawar lagi. Segera masuk rumah sak

hematologi


Pemeriksaan Darah Lengkap
Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di rumah sakit maupun laboratorium adalah pemeriksaan darah lengkap (complete blood count, CBC).
Pemeriksaan darah lengkap mampu mendeteksi berbagai macam gangguan yang bermanifestasi di dalam darah, oleh karena itu pemeriksaan ini biasanya menjadi rangkaian pemeriksaan awal saat pasien berobat di rumah sakit. Selain sebagai pemeriksaan awal, hitung darah lengkap juga kerap dilakukan pada pemeriksaan rutin atau medical check-up.
Banyak gangguan yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah lengkap, antara lain adalah anemia, berbagai macam penyakit infeksi, leukemia, dll. Jika pada hitung darah lengkap ditemukan gangguan, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium lanjutan yang spesifik terhadap gangguan tersebut.
Pada hitung darah lengkap, dilakukan pemeriksaan terhadap beberapa komponen darah, yaitu :
1. Sel darah merah, yaitu sel yang berfungsi membawa oksigen.
2. Sel darah putih, berguna sebagai pertahanan tubuh dalam melawan kuman penyebab infeksi.
3. Hemoglobin, protein yang dikandung sel darah merah, yang mampu mengikat oksigen.
4. Hematokrit, perbandingan (dalam persen) antara sel darah merah dan jumlah plasma darah.
5. Trombosit, yaitu sel yang membantu penggumpalan darah jika terjadi perdarahan.
Nilai rujukan hitung darah lengkap disajikan berikut ini. Perlu diingat bahwa setiap pusat layanan kesehatan atau laboratorium, mempunyai nilai rujukan yang sedikit berbeda. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan untuk pemeriksaan.
1. Hitung sel darah merah : pria (4,7-6,1 juta sel/mikroliter); wanita (4,2-5,4 juta sel/mikroliter).
2. Hitung sel darah putih : 4.000-10.000 sel/mikroliter.
3. Hemoglobin : pria (13,8-17,2 mg/dL); wanita (12,1-15,1 mg/dL).
4. Hematokrit : pria (40,7%-50,3%); wanita (36,1%-44,3%).
5. Hitung trombosit : 150.000-400.000 trombosit/mikroliter.
6. Pneumonia yaitu Infeksi saluran pernafasan akut atau yang dikenal dengan ASMA.
7. Hernia yaitu Infeksi saluran kemih atau kandung kencing yang terdapat pada urin. 

Leave a Reply