BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel-sel dan jaringan diantara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel berkembang menjadi sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi organ yang matang, seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Dalam hal ini sistem endokrin berperan penting dalam pengaturan pertumbuhan dan perkembangan.



B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan dari pembelajaran sistem endokrin ini antara lain adalah:
1.      Apa saja kelenjar yang termasuk dalam sistem endokrin?
2.      Apa saja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin?
3.      Apa fungsi dari hormon dan kelenjar endokrin?
4.      Bagaimana peranan hormon tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan?
5.      Apa yang terjadi akibat kekurangan atau kelebihan hormon endokrin?

C.   Tujuan
Tujuan-tujuan yang didapatkan dari pembelajaran ini antara lain:
1.      Agar dapat memahami sistem endokrin beserta kelenjarnya
2.      Supaya mengetahui penggolongan hormon
3.      Agar mengetahui hormon apa saja yang disekresi oleh kelenjar endokrin
4.      Supaya mengetahui apa akibat dari kelebihan dan kekurangan hormon endokrin
5.      Agar mengetahui peranan hormon endokrin pada pertumbuhan dan perkembangan

D.   Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil diskusi sistem endokrin antara lain:
1.      Mengetahui kelenjar endokrin
2.      Mengetahui penggolongan hormon secara umum
3.      Memahami fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin
4.      Mengetahui peranan hormon endokrin pada pertumbuhan
5.      Mengetahui akibat kekurangan atau kelebihan hormon

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Tinjauan Pustaka
Kegiatan tubuh kita diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin (hormon). Perbedaan pokok antara sistem saraf dengan sistem endokrin adalah bahwa sistem saraf dapat dengan cepat mempengaruhi alat tubuh untuk mengambil sikap terhadap adanya perubahan-perubahan keadaan lingkungan yang merangsang dan pengaturan oleh saraf dihubungkan oleh benang-benang saraf. Pada sistem endokrin (hormon) pengaturan sikap terhadap perubahan keadaan lingkungan jauh lebih lambat, tetapi teratur dan berurutan dalam jangka watu yang lama dan pengaturannya melalui pembuluh darah.
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Fungsi sistem endokrin antara lain:
1.      Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
2.      Menstimulasi urutan perkembangan
3.      Mengkoordinasi sistem reproduktif
4.      Memelihara lingkungan internal optimal

Hormon berbeda dengan enzim dalam beberapa hal:
1.      Hormon dihasilkan dalam organ yang lain daripada organ dimana hormon akhirnya melakukan fungsinya.
2.       Hormon disekresi ke dalam darah sebelum dipergunakan. Jadi, kadarnya dalam sirkulasi dapat memberikan beberapa indikasi mengenai aktivitas kelenjar endokrin dan kontak dengan organ target. Karena kadar jumlah hormon yang diperlukan sangat kecil.
3.      Secara struktural, hormon tidak selalu merupakan protein.
(Harper, 1979)
Terdapat tiga golongan umum hormon, yaitu:
1.      Protein dan polipeptida
Mencakup hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas, kelenjar paratiroid, dan banyak hormon lainnya.
2.      Steroid
Disekresikan korteks adrenal, ovarium, testis, dan plasenta.
3.      Turunan asam amino tirosin
Disekresikan oleh kelenjar tiroid dan medula adrenal.
(Guyton, 2007)
Hormon yang dihasilkan sistem endokrin
Setiap hormon dihasilkan oleh kelenjar yang berbeda:
1.      Kelenjar hipofisis (Kelenjar Pituitari)
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar kecil yang terletak di sela tursika, rongga tulang pada basis otak, dan dihubungkan dengan hipotalamus oleh tangkai pituitari. Secara fisiologis, kelenjar hipofisis dibagi menjadi dua bagian:
-          Hipofisis anterior (adenohipofisis)
Berasal dari kantong Rathke yang merupakan invaginasi epitel faring sewaktu pembentukan embrio. Hormon yang disekresi oleh hipofisis anterior adalah:
·         Hormon pertumbuhan, selain dari efek umum dalam menyebabkan pertumbuhan, juga mempunyai berbagai efek metabolik yang spesifik, meliputi:
a.       Meningkatkan kecepatan sintesis protein di sebagian besar sel tubuh
b.      Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak, meningkatkan asam lemak bebas dalam darah, dan meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energi
c.       Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh.
·         Adrenokortikotropik, mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak
·         Tirotropin (TSH/thyroid-stimulating hormone), mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid serta mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia dalam tubuh.
·         Prolaktin, meningkatkan pertumbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu
·         Dua hormon gonadotropin, follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone, mengatur pertumbuhan ovarium dan testis serta aktivitas hormonal dan reproduksinya
(Guyton, 2007)
-          Hipofisis posterior (neurohipofisis)
Terdiri dari sel-sel seperti glia yang disebut pituisit. Bagian ujung ini terletak pada permukaan kapiler, tempat granula sekretorik menyekresikan dua hormon hipofisis posterior, (Guyton, 2007) yaitu:
·         Hormon antidiuretik (ADH) atau vasopresin. Pembebasan vasopresin ke dalam aliran darah mengakibatkan otot polos pada dinding arteri kecil dan arteriol berkontraksi. Kontraksi ini mengakibatkan lumen menyampit dan menaikkan tekanan darah. Namun,fungsi utama vasopresin adalah meningkatkan permeabilitas air pada tubuli kontortus distal dan duktus koligens ginjal.  
·         Oksitosin. Selama kelahiran, oksitosin dibebaskan dari neurohipofisis; hormon ini menginduksi kontraksi kuat otot polos uterus yang mengakibatkan kelahiran bayi. Saat menyusui, tindakan mengisap puting susu oleh bayi memicu refleks ejeksi susu pada kelenjar mammae laktans. Tindakan ini membebaskan oksitosin yang merangsang sel mioepitel yang mengelilingi alveoli dan duktus kelenjar mammae agar berkontraksi. Hal ini mengakibatkan pengeluaran susu ke dalam duktus ekskretorius kelenjar mammae dan puting susu.
(Victor, 2003)

2.      Kelenjar tiroid
Terdiri atas dua lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus yang sempit. Kelenjar ini merupakan urgan vascular yang dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina pretrachealis fasciae profundae. Selubung ini melekatkan glandula pada larynx dan trachea. Setiap lobus berbentuk seperti buah alpukat, dengan apexnya menghadap ke atas sampai linea oblique cartilago thyroideae; basisnya terletak di bawah setinggi cincin trachea keempat/kelima. Efek yang umum dari hormon tiroid adalah untuk mengaktifkan transkripsi inti sejumlah besar gen. Selain itu hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme hampir seluruh jaringan tubuh.
( Guyton, 2007)

Fungsi tiroid antara lain:
1.)    Maturasi sel
2.)    Mengganggu proses pertumbuhan myelin dan akson
3.)    Perkembangan otak
4.)    Mengatur kecepatan metabolik
5.)    Menambah sintesis RNA
6.)    Keseimbangan nitrogen negatif dan sintesis protein menurun
7.)    Menambah produksi panas dan menyimpan energi
8.)    Absorbsi intestinal terhadap glukosa
Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:
·         Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
·         Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.

Proses pembentukan T3 dan T4 yaitu sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang mengalami penguraian menjadi monoiodotironin (MIT) dan diiodotironin (DIT). Kemudian bergabung menjadi triiodotironin, DIT membentuk tetra-iodotironin/tiroksin (T4).

3.      Kelenjar thymus
Kelenjar thymus terletak di dalam torax, kira-kira pada ketinggian bifurkais trakhea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gr atau lebih. Ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya dari 30-40 gr dan kemudian mengerut lagi. (Evelyn, 1993). Merupakan penimbun hormon somatotrop atau hormon pertumbuhan. Hormon ini berfungsi hanya pada waktu pertumbuhan, setelah dewasa tidak berfungsi lagi.

4.      Kelenjar anak gondok (paratiroid)
Mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnyabila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004)
5.      Kelenjar anak ginjal (adrenal)
Bagian kortek menghasilkan hormon kortison (kortison dan deoksikortison) yang berfungsi untuk mencegah penyakit kortison (kulit menjadi merah) yang selalu menyebabkan kematian. Kelenjar anak ginjal bagian medula menghasilkan hormon adrenalin yang bekerja antagonis dengan hormon insulin di hati. Dalam hal ini hormon adrenalin berfungsi untuk menimbulkan semangat, menaikkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung. Sehingga dinamakan juga hormon kerja atau hormon semangat.

6.      Kelenjar-kelenjar usus dan lambung (gastrointestinal mucosa)
Menghasilkan:
-       Hormon gastrin yang berfungsi merangsang sekresi getah lambung
-       Hormon sekretin yang merangsang sekresi dari getah pankreas dan empedu,dan
-       Hormon kolesitokinin, yang mempengaruhi kontraksi dan mengosongkan kantung empedu

7.      Pulau-pulau langerhans (di pankreas)
Menghasilkan hormon insulin yang bekerja antagonis dengan hormon adrenalin di hati. Dalam hal ini hormon insulin bekerja mengatur kadar gula dalam darah 0,1%. Bila kekurangan insulin maka kadar glukosa dalam darah akan tinggi sehingga menyebabkan penyakit diabetes mellitus.

8.      Organ reproduksi
Pada pria
Hormon-hormon dalam reproduksi diantaranya sebagai berikut:
-          Testosteron, disekresi oleh sel-sel Leydig, penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel germinal testis
-          Luteinizing hormon, disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresi testosteron
-          Hormon perangsang-folikel (FSH), yang juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior
-          Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel sertoli dirangsang oleh FSH
-          Hormon pertumbuhan, diperlukan untuk mengatur latar belakang metabolisme testis
Pada wanita
Sistem hormon pada wanita terdiri dari tiga hierarki hormon:
-          Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepas-gonadotropin (GnRH)
-          Hormon seks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon lutein (LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH dari hipotalamus
-          Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium sebagai respon terhadap kedua hormon seks wanita dari kelenjar hipofisis anterior

B. Analisis Skenario
Masalah yang didapatkan dari skenario 2 yang berjudul “Dokter, Anak Saya Kok Kecil...?” antara lain:
-          Anak perempuan berumur 15 tahun
-          Pertumbuhannya berbeda dengan teman sebayanya
-          Sebelum 5 tahun, pertumbuhan anak di bawah garis normal KMS
-          Kemampuan psikomotornya tertinggal dibanding teman-temannya
-          Dokter menyarankan melakukan tes laboratorium, meliputi X-ray tulang ekstremitas, growth hormone, T3, T4, dan TSH
Gangguan tumbuh kembang
Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang:
1.      Pertumbuhan badan yang lambat
2.      Lambat berbicara
3.      Kecerdasan menurun
4.      Penurunan psikomotor
Gejala-gejala tersebut timbul karena adanya gangguan pada tiroksin, yaitu kurangnya produksi tiroksin. Hormon tiroksin diproduksi oleh kelenjar tiroid yang mempengaruhi metabolisme seel tubuh dan pengaturan suhu tubuh. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu elemen yang terdapat di dalam makanan dan air. Kekurangan tiroksin dapat menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak maka mengakibatkan  kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menybabkan anak tumbuh kerdil.
Hubungan genetik antara orang tua dan anak
Pada kasus ini, kretinisme merupakan penyakit kongenital, bukan penyakit herediter (akibat gen/keturunan).
Pemeriksaan fisik dan tes laboratorium
Untuk memeriksa fungsi motorik maka dapat dilakukan salah satunya dengan mengkaji tendon refleks. Peningkatan refleks dapat terlihat pada penyakit hipertiroidisme, sedangkan penurunan refleks dapat terlihat pada penyakit hipotiroidisme. Selain itu dapat juga dilakukan dengan palpasi tentang tekstur dan kelembaban kulit. Jika ditemukan kulit kering, maka terjadi hipotiroidisme.
Untuk pemeriksaan laboratorium, dilakukan beberapa tes yaitu:
1.      TSH
Tes ini dimungkinkan dengan tersedianya tes bagi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) secara immunoradiometric assay (IRMA). Tes ini berfungsi sebagai tes skrining tunggal. Bila tes ini hasilnya normal, pasien pasti eutiroid (normal). Bila nilai TSH tidak terdeteksi, perlu diperiksa T4. Jika naik, T4 juga harus diperiksa.
2.      T4
Nilai T4 yang rendah menunjukkan keadaan hipotiroid. Bila nilai T4 normal menunjukan keadaad hipotiroid subklinik, maka perlu diperiksa T3.
3.      T3
T3 digunakan untuk menentukan ada tidaknya hipertiroid subklinik.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Sekresinya disebut hormon. Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Aktivitas endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang. Bagi posterior dikontrol melalui kerja saraf.

B.   Saran
1.      Bawa anak ke posyandu untuk memantau pertumbuhannya melalui KMS
2.      Berikan asupan gizi yang cukup agar tidak  terjadi defisiensi yang akan menimbulkan penyakit
3.      Gunakan garam yang beryodium untuk mencegah gangguan pada kelenjar tiroid


DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harper, H. A. 1979. Biokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Scanlon, Valerie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Eroschenko, Victor P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Delp, Mohlan H. 1996. Major Diagnosis Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Pearce, Evelyn C. 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Leave a Reply